BANDA ACEH - Kawasan Gampong Pande, Banda Aceh (dulu Koetaradja) yang
belakangan ini ramai diperbincangkan karena ditemukan ribuan koin emas
dan sepasang pedang VOC di areal tambak desa itu, ternyata sudah tiga
kali didera tsunami besar. Hasil penelitian ini membuat kawasan Gampong
Pande, selain menjadi situs Kerajaan Aceh juga menjadi situs penelitian
tsunami purba di Aceh.
Data kepurbakalaan bahwa Gampong Pande
sedikitnya sudah tiga kali didera tsunami diungkapkan Dr Nazli Ismail,
Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unsyiah, menjawab Serambi, Minggu (17/11)
siang. Doktor jebolan Swedia ini mengaku sudah melakukan kajian
paleotsunami di Gampong Pande sejak 2011. Paleotsunami adalah kajian
tentang peristiwa tsunami di masa lampau.
“Terungkap bahwa di
Gampung Pande ada dua priode pendudukan (settlement) dilihat dari
variasi batu nisan di sana. Satu periode bersamaan dengan Lamuri (di
Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar) dan yang satu lagi pada masa Kerajaan
Aceh Darussalam (di atas 1511 Hijriah -red),” ungkap Nazli.
Pergantian
settlement tersebut, diduga Nazli, berkaitan dengan kejadian tsunami
besar. “Satu kali terjadi pada pertengahan abad 14 dan satu lagi sekitar
500 tahun kemudian. Dan yang terakhir terjadi pada 26 Desember 2004,”
kata Nazli.
Menurut Nazli, tim riset yang dipimpinnya, saat
meneliti di Gampong Pande hanya fokus pada variasi batu nisan di desa
itu. Ditemukan satu jenis nisan plak pling, mirip dangan batu nisan
peninggalan Kerajaan Lamuri di Lamreh. Sedangkan yang lainnya seperti
batu Aceh biasa. Batu-batu nisan itu bertanda dua periode pendudukan
dengan masa yang berbeda.
“Sedangkan di Lamreh (pusat Kerajaan
Lamuri) kami temukan dua periode tsunami, yang satunya terkoneksi dengan
periode Kerajaan Lamuri dengan nisan yang lebih kuno dibanding batu
Aceh biasa. Artinya, saat Lamuri berkembang, di Gampong Pande sudah ada
penduduk,” kata mantan wartawan Serambi Indonesia ini.(dik)
Sumber : Serambinews.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar