Senin, 30 September 2013

Siapakah Ya`juj dan Ma`juj ?



SEMUA tanda telah menunjukkan bahwa kita hidup di akhir zaman lalu apa implikasi dari hidup di akhir zaman? Rasulullah saw telah mendatangi para sahabat yang sedang berbicara sesama mereka dan dia bertanya, ” Kamu berbicara tentang apa?”. Dan mereka mengatakan kami tengah berbicara mengenai tanda-tanda akhir zaman. Hadis ini ada dalam sahih Bukhari dan sahih Muslim. Dan baginda menyatakan bahawa hari akhirat tak akan tiba sehingga.. dan baginda memberitahu mengenai 10 tanda. Salah satunya adalah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.

Apakah Ya’juj dan Ma’juj telah keluar suatu pertanyaan yang amat menarik. Bagi mereka yang mempunyai mitos yang sesat dengan mengatakan Ya’juj Ma’juj itu mempunyai telinga yang besar, tangan yang banyak. Pasti mereka akan mengatakan ya;juj dan Ma’juj belum lagi keluar maka sila anda tunggu sampai hari kiamat. Apabila anda ingin mengetahui apakah Ya’juj dan Ma’juj sudah keluar atau belum hanya al-Quran yang mampu menjawab pertanyaan tersebut itu. Allah SWT berfirman dalam Surah al-Ambiya ayat 95-96
Sungguh tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali. Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.”

Allah telah memberi isyarah tentang sebuah penduduk negeri yang telah dibinasakan dan dihancurkan negeri itu. Kemudian mereka di usir dari negeri itu. Mereka selamanya tidak akan kembali ke negeri itu karena Allah telah membuat keputusannya. Hanya dengan satu jalan Allah mengizinkan mereka kembali kenegeri itu, apabila Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan dari kurungannya dibalik sebuah gunung.
Kemudian Ya;juj dan Ma’juj mengusai dunia. Dengan kekuasaan itulah dia mengembalikan penduduk negeri yang telah diusir oleh Allah untuk kembali ketempat asalnya. Syekh Imran Hosein pakar ilmu akhir zaman telah memberikan pendapat yang sangat logis yang tidak pernah satupun ulama sebelumnya memberikan jawaban siapakah penduduk negeri itu. Beliau telah menjelaskan dalam bukunya Jerusalem in the Quran bahawa penduduk negeri itu adalah bani Israel. Allah berfirman dalam Al-quran surah Al-Israa’ ayat 4, “dan Kami menyatakan kepada Bani Israil Dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan melakukan kerosakan di bumi (Palestin) dua kali, dan Sesungguhnya kamu akan berlaku sombong angkuh Dengan melampau.
Setelah kali pertama mereka membuat kerusakan di kota suci yerusalem dengan membunuh nabi-nabi termasuk rancangan menyalip nabi Isa AS. Kemudian Allah Hancurkan mereka dan di usir dari negeri itu. Melalui tangan-tangan tentara Rum. Sehingga mereka melang-lang buana selama dua ribu tahun hidup tanpa tanah air. Sebagaimna Allah berfirman dalam surah al- A’raf ayat 168:

Dan Kami sebarkan mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”

Hal yang sangat aneh terjadi setelah keruntuhan khilafah Turki Usmaniyyah dan kekuasaan dunia beralih ketangan Britis berdasarkan Deklarasi Balfour 1917M maka pada masa itu bani Israel diseluruh dunia diserukan untuk kembali ke kota suci yerusalem (palestin). Maka jutaan bani Israel kembali ke Yerusalem dan menetap di sana. Sehingga pada tahun 1948 M Isreal resmi menjadi Negara yang di akui oleh lembaga PBB. Semenjak bani Israel kembali ke Yerusalem pada saat itulah kekacauan dunia dimulai hingga saat ini.
Maka dari ulasan diatas tentu kita sudah mengetahui siapa Ya’juj dan Ma’ju’ dan siapa penduduk negeri yang di telah dihancurkan dan mereka telah kembali. Dan Allah telah menetapkan terhadap bani isrel mereka akan berbuat kerusakan dimuka bumi sebanyak dua kali. Dan sekarang kali kedua mereka membuat kerosakan dan agenda itu sedang berjalan diseluruh dunia. Hanya mereka yang telah dibutakan hatinya oleh Allah tidak dapat melihat apa yang sedang berlaku hari ini. Peperangan, kekacauan, penindasan dan pembantaian diseluruh dunia hanya satu biang pembuat masalah yaitu bani Israel dan sekarang mereka telah mempunyai dukungan yang sangat banyak dan menamakan organisasi mereka dengan zionisme.

DARI manakah asal Ya’juj dan Ma’juj? Al-Quran telah menjelaskan letak wilyah mereka tinggal disaat Dzulkarnain membangun tembok pembatas antara sebuah negeri disebabkan bangsa Ya’juj dan Ma’juj selalu membuat kerusakan terhadap penduduk negeri itu. Al-Quran menjelaskan dalam surah al-kahfi 85-86:
Maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.”

Dzulkarnain berangkat dan mengembara beliau merupakan raja persia, dalam kitab nabi Daniel disebutkan: dari Nabi Daniel tentangg biri-biri jantan bertanduk dua, yang sebelah tanduknya lebih tinggi yang datang belakangan, mengisyaratakan tanduk yang lebih rendah yaitu Media dan tanduk yang lebih tinggi yaitu Parsi yang belakangan menjadi Imperium Parsi. Dalam sejarah tokoh yang mendirikan Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian menjadi Imperium Parsi tersebut adalah Cyrus the Great (600 – 529) SM, mendirikan Imprium Parsi (550) SM, dan memerintah (550 – 529) SM.
Dari keterangan Nabi Daniel itu mengisyaratkan bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great kemudian beliau menempuh salah satu jalan sehingga beliau sampai ke sebuah tempat terbenam matahari artinya beliau menuju ke arah barat dan mendapati laut yang berlumpur hitam, ibnu katsir telah memberi penafsiran bahwa yang dimaksud laut berlumpur hitam adalah laut hitam. Kemudian dia memutar arah balik kempat terbitnya mata hari. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-kahfi ayat 89-90:
Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu.”
Maka apabila Dzulkarnain berbalik arah dan menuju kerah timur di situ hanya ada satu laut bisa menghalanginya iaitu laut kaspia. Beliau mendapatkan sebuah kaum yang begitu miskin. Kemudian beliau mengambil suatu jalan yang lain sebagaimana firman Allah surah al-kahfi ayat 92-93
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.”

Apabila Dzulkarnain mengambil jalan yang lain kemudian beliau mendapati dua buah pegunungan. Maka pegunungan yang terletak antara laut hitam dan laut kaspia hanya ada pegunungan Kaukasus. Dan beliau mendapati sebuah kaum yang bahasanya susah dimengerti oleh bangsa lain. Maka kaum yang ada dibalik pegunungan itu dan susah dimengerti pembicaraanya adalah bangsa georgia. Kemudian bangsa ini meminta tolong kepada Dzulkarnain sebagaimana dijelaskan dalam surah al-kahfi ayat 94:

Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’jujitu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” 

Disebabkan pemisah antara Ya’juj dan Ma’juj dan bangsa georgia hanya dua buah gunung dan antara kedua gunung tersebut terdapat lereng yang sering dilewati oleh bangsa Ya’juj dan Ma’juj. Maka Dzulkarnain membuatlah dinding penghalang pada celah gunung tersebut. Selesai membina dinding penghalang tersebut beliau berkata sebagaimana dalam surah al-kahfi ayat 98:
Dzulkarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.”
Persoalanya adalah apakah dinding penghalang tersebut telah hancur. Maka saya katakan sekali lagi kepada mereka yang masih buta mata hatinya yang masih saja berpendapat bahwa Ya’juj dan Ma’juj belum keluar. Tolong tunjukkan di mana tembok itu sekarang kalau masih ada. DM Dunlop dalam bukunya, The History of the Jewish Khazars, ia menyatakan bahwa tembok tersebut adalah “Benteng Kaukasus (yang berasal dari masa pra-Islam) yang dikenal sebagai “Wall of Darband “, dan mengamati bahwa “rangkaian materi yang terang dan gelap (tembaga dan besi) adalah fitur paling menonjol dari kedua catatan tersebut, yang tentu mungkin saja dipengaruhi oleh ayat Al Qur’an di mana menyebutkan besi dan kuningan cair

SIAPAKAH sebenarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj dibalik gunung tersebut. Maka negara yang berbatasan dengan georgia sekarang adalah negara Rusia. Dalam Kitab Yehezkiel 38:1-4, diterangkan sbb:
“Dan lagi datanglah firman Tuhan kepadaku, bunyinya: Hai anak Adam! Tujukkanlah mukamu kepada Juj dan tanah majuj, raja Rus, Masekh dan Tubal, dan bernubuatlah akan halnya. Katakanlah: Demikianlah firman Tuhan Hua. Bahwasanya Aku membalas kepadamu kelak, hai Juj, raja Rus, masekh dan Tubal. Dan kubawa akan dikau berkeliling dan kububuh kait pada rahangmu … “
Tiga nama yang disebutkan dalam kitab Bible ialah: Rus atau Rusia, Masekh atau Moscow, dan Tubal atau Tobolsk. Rusia adalah nama negara, sedangkan Masekh dan Tubal adalah nama dua sungai di sebelah Utara pegunungan Kaukasus. Pada sungai Masekh terletak kota Moscow, dan pada sungai Tubal terletak kota Tobolsk; dua-duanya merupakan kota Rusia yang termasyur. Mengingat terangnya gambaran ini, maka tak diragukan lagi siapa Ya’juj itu.
Jadi terang sekali bahwa Juj ialah Russia, tempat kediaman bangsa Slavia. Adapun Ma’juj adalah negara itu juga. Jadi di satu Pihak, Juj dikatakan sebagai raja Rusia, di lain fihak, ia digambarkan mendiami tanah Majuj. Rusia terletak di Eropa. Penduduk Eropa terdiri dari dua pokok suku-bangsa, yaitu Slavia dan Teutonia. Bangsa Teutonia meliputi bangsa Britis dan bangsa Jerman. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa Juj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Timur (Slavia), sedangkan Majuj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Barat, yaitu bangsa Teutonia.
Di daerah Rusia sekarang dulu berdiri kerajaan Khazaria yang menguasai wilayah Europa timur (Slavia) merekalah yang disebutkan dalam al-Quran sebagai bangsa Ya;juj dan Ma’juj. Kira-kira pada tahun 740M, terjadi sebuah peristiwa. Bangsa Khazars di bawah tekanan terus menerus kedua super power tetangganya, Byzantium dan Muslim, apakah menerima agama Kristen atau Islam, akan tetapi penguasa bangsa Khazar, yang disebut Khakan, mendengar ada agama ketiga yaitu Judaisme atau Yahudi.
Nampaknya untuk alasan-alasan kemandirian politik, Khakan mengumumkan bahwa bangsa Khazars menerima Judaisme sebagai agama mereka. Dalam waktu satu malam seluruh kelompok baru, bangsa Khazars yang suka berperang, tiba-tiba menyatakan dirinya sebagai Yahudi. Khazar mulai dideskripsikan sebagai ‘Kerajaan Yahudi’ oleh sejarawan pada waktu itu. Penerus penguasa Khazar mengambil nama Yahudi dan selama akhir abad ke-9 kerajaan Khazar menjadi tempat berlindung orang-orang Yahudi dari tempat lain.

Maka dalam hal inilah para ahli sejarah membagikan yahudi kepada dua. Yang pertama yahudi Sephardhic. Mereka merupakan yahudi asli sebagai keturunan Semit. Dan yang kedua adalah yahudi Ashkenazi. Mereka merupakan Yahudi yang tidak berketurunan semit akan tetapi mereka berasal dari kerajaan khazaria. Ibnu Katsir, ketika membahas asal-usul ‘Ya’juj wa Ma’juj (Gog dan Magog) orang-orang yang secara tradisional mendiami wilayah antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, wilayah dimana berdiri Kerajaan Khazar dalam karya sejarah, Al-Bidayah wal-Nihayah, secara khusus menyatakan bahwa “Gog dan Magog adalah dua kelompok bangsa Turki, keturunan dari Yafith (Yafet), ayah dari Turki, salah seorang dari anak nabi Nuh as.”
Arthur Koestler dalam bukunya, The Thirteenth Tribe, ia mengatakan yahudi Ashkenazi yang merupakan bangsa khazar mereka tidak bisa mengklaim sebagai keturunan Semit, asal-usul nenek moyang mereka bukan Shem tetapi keturunan dari putra ketiga Nuh, Yafet; atau lebih tepatnya anak-cucu Yafet, Togarma, yang merupakan nenek moyang semua suku bangsa Turki. DM Dunlop menulis dalam bukunya, The History of the Jewish Khazars (Sejarah Yahudi Khazar): “Ketika kerajaan Khazar mulai pecah pada paruh kedua abad X M, dan mereka mulai menyebar, menderita hal yang sama seperti cobaan dan kesengsaraan yang ditimpa rekan-rekan Sephardhic saat mereka exodus. Ashkenazim menyebar ke utara, ke wilayah Rusia dan kemudian ke barat, ke seluruh Eropa. Kemanapun mereka pergi, mereka selalu mengalami penentangan besar dari ‘Kristen’ Eropa abad pertengahan, karena mereka telah keliru mempercayai bahwa Yesus telah disalibkan – suatu peristiwa yang ironisnya tidak pernah terjadi dan bahwa orang Yahudi telah ikut bertanggung jawab dalam melakukan dugaan penyaliban, menganiaya mereka sebagai ‘pembunuh Kristus’. Orang-orang Yahudi Khazar tidak hanya mewarisi agama usang orang Yahudi Sephardhic, tetapi juga dengan stigma yang dilekatkan kepada mereka oleh orang-orang Kristen Eropa”.
Pada saat itu, kurang dari empat abad sebelumnya, sebuah misteri yang signifikan memasuki kisah Zion: mengapa pemerintahan didirikan di Polandia? Sampai tahapan sejarah tersebut, namun diungkapkan tidak ada jejak migrasi besar-besaran Yahudi ke Polandia. Orang-orang Yahudi yang memasuki Spanyol bersama dengan bangsa Moor berasal dari Afrika Utara dan ketika mereka meninggalkan Spanyol, sebagian besar dari mereka kembali ke negeri asalnya atau pergi ke Mesir, Palestina, Italia, pulau-pulau Yunani dan Turki. Koloni-koloni lain telah muncul di Perancis, Jerman, Belanda dan Inggris dan jumlahnya diperbesar oleh kedatangan orang Yahudi dari Semenanjung Spanyol. Tidak ada catatan bahwa sejumlah besar Yahudi Spanyol pergi ke Polandia, atau bahwa telah terjadi migrasi besar-besaran Yahudi ke Polandia pada waktu sebelumnya.

PADA waktu “pusat” dipindahkan ke Polandia, bangsa Khazar mulai bergerak ke arah Eropa, dan kemudian masuk ke Barat dengan kedok sebagai “Yahudi”. Setelah bangsa Khazars pindah dan hidup bersama orang Yahudi, Yahudi Khazar meninggalkan warisan yang berbeda dari Yahudi yang lainnya dari generasi ke generasi. Satu unsur warisan Yahudi Khazar adalah sebuah bentuk militant dari Zionisme.
Meskipun mereka telah lama sekali menganut agama Yahudi dan kecil kemungkinannya dunia mengetahui siapa mereka sebenarnya, sebelum Pusat Talmud dibentuk, mereka datang berkelompok dan bergabung disekitarnya. Ketika mereka dikenal sebagai “Yahudi dari Timur”, mereka diuntungkan oleh efek yang membingungkan dari kontraksi kata-kata orang Yehuda, atau orang Yudea, ke “Yahudi”; tidak akan pernah ada yang percaya bahwa mereka orang Yehuda, atau orang Yudea. Pada saat mereka mengambil alih kepemimpinan Yahudi, dogma “kembali” ke Palestina dikhutbahkan atas nama orang-orang yang tidak punya darah Semit atau hubungan leluhur apapun dengan Palestina!

Sebagiannya, oleh karena dianiaya oleh orang-orang Kristen Eropa Abad Pertengahan, sehingga orang-orang Yahudi terus menerus berpindah-pindah tempat ke Eropa dan bahkan sampai ke Spanyol, di mana mereka diperlakukan dengan penuh toleransi oleh para penguasa Muslim, sesuai dengan Hukum Dzimmah – Dhimma Contract sampai Inquisi Spanyol. Dalam pergantian abad berikutnya, sejumlah besar Ashkenazim berpindah tempat ke Amerika, wilayah baru mereka dengan harapan dan janji.
Bukti yang sangat memeranjat kita adalah bahawa yang berkuasa selama berdirinya Israel di Yerusalem bukan Yahudi yang berketurunan semit atau bani Israel mereka adalah Yahudi Khazar, Delapan Perdana Menteri Israel adalah dari ketrunan bangsa Khazar 

[Zulfahmi, MA, Alumnus University of Malaya/sumber: wikipedia, www.islampos.com]

Jumat, 27 September 2013

Kenapa Muhammad Ali Masuk Islam ?

Setelah Masuk Islam, Muhammad Ali Sadar Ia Bukan “The Greatest”

Oleh Saad Saefullah — Kamis 21 Zulkaedah 1434 / 26 September 2013 08:17

muhammad ali 490x326 Setelah Masuk Islam, Muhammad Ali Sadar Ia Bukan The Greatest
TAHUN berapapun Anda lahir, jika Anda menggemari tinju, nama Muhammad Ali tak akan pernah asing. Ali, dalam dunia tinju dianggap sebagai sosok besar karena sikap dan prestasinya di atas ring. Namun yang paling membuat ia sangat terkenal adalah karena ia seorang Muslim. Atau tepatnya ketika ia memutuskan menjadi seorang Muslim.
Sebelum masuk Islam, Ali menjuluki dirinya sendiri dengan “The Greatest” karena dia adalah petinju terbaik pada masanya. Bahkan para pengamat olah raga mengakuinya sebagai petinju terbaik abad itu. Sejarah tinju belum pernah mengenal petinju secepat dia. Dia berlaga dengan gesit di atas ring dan memukul KO lawannya, lalu berseru dengan bangga, “Akulah yang terbesar”.
Akan tetapi setelah masuk Islam, dia membuang julukan ini, karena tidak sadar bahwa hanya ada satu yang terbesar di alam semesta ini.
Terlahir dengan nama Casius Mercelus Clay, setelah masuk Islam, ia mengganti namanya menjadi Muhammad Ali Clay.
Berikut adalah paparannya ketika masuk Islam.
“Aku dilahirkan di Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khas yang memakai namanya, yang juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental.
Sejak kecil aku sudah merasakan perbedaan perlakuan ini karena aku berkulit coklat. Barangkali hal inilah yang mendorongku untuk belajar tinju agar bisa membalas perlakuan jahat teman-temanku yang berkulit putih. Dan karena aku mempunyai bakat serta otot yang kuat sehingga memudahkan jalanku.
Ketika belum genap berusia 20 tahun, aku sudah memenangkan pertandingan kelas berat di Olimpiade Roma tahun 1960.
Hanya beberapa tahun kemudian aku berhasil merebut juara dunia kelas berat dari Sony Le Stone dalam pertarungan paling pendek, karena hanya beberapa menit aku berhasil menjadi juara dunia. Dan di antara tepuk riuh para pendukung dan kilatan-kilatan alat kamera, aku berdiri didepan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengganti namaku menjadi Muhammad Ali Clay. Untuk memulai sebuah peperangan baru melawan kebatilan yang menghalangiku mengumumkan ke-Islaman-ku semudah ini.
Kepindahanku ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah-fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia. Kembaliku ke fitrah kebenaran membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berfikir, ini dimulai tahun 1960, ketika seorang teman muslim menemaniku pergi ke masjid untuk mendengarkan pengajian tentang Islam. Ketika mendengarkan ceramah, aku merasakan panggilan kebenaran memancar dari dalam jiwaku, menyeruku untuk menggapainya, yaitu kebenaran hakikat Allah, agama dan makhluk.
Perjalanan keimananku berlangsung bertahun-bertahun dalam bentuk perbandingan antara Islam dan Masehi, sebutah perjalanan yang berat, karena orang-orang disekitarku menghalangiku, kondisi masyarakatku rusak, kebenaran dan kebatilan bercampur aduk, ditambah lagi dengan doktrin gereja yang menggambarkan keadaan orang-orang muslim yang lemah dan terbelakang yang diakibatkan oleh ajaran Islam itu sendiri.
Tapi Allah memberiku petunjuk, dan menerangi jalan pilihanku sehingga aku dapat membedakan antara realita umat Islam sekarang dengan hakekat Islam yang abadi. Aku meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis dan ras, semuanya sama dihadapan Allah azza wa jalla. Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa. Aku meyakini sedang berada didepan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia.
Aku membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Aku merasa bahwa Islam lebih rasional. Karena tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapih seperti ini. Ini suatu hal yang mustahil terjadi dan tak akan memuaskan orang yang berakal dan mau berpikir.
Aku merasakan betapa orang-orang Islam menghormati Isa A.S. dan ibunya. Menempatkan mereka pada kedudukan yang sama. Ini hanya ada dalam Islam atau ajaran Nasrani yang masih murni, adapun yang diucapkan para pendeta dan pastur adalah kebohongan belaka.
Aku membaca terjemahan Al-Qur’an dan akupun bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Aku mencoba bergabung dengan komunitas muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi dan saling membimbing. Hal ini tidak aku dapatkan selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku.” [islampos/agus w. penamedia]

Kamis, 26 September 2013

Hikmah Mujaddid ( Jangan berputus Asa )

Kata-kata Hikmah Rabbani Mujaddidi hari ini ( 27/9/2013 )

لا تترك العمل ولو مع قسوة القلب وبُعد الأمل* فربما رآك الكريم ببابه* لا ئذا بأعتابه* فأدخلك جنة* وفردوس قربه.

Janganlah kamu meninggalkan beramal sekalipun hati dalam keadaan yang teruk dan jauh dari sebuah harapan, mungkin sahaja Allah yang maha mulia melihat engkau dipintunya, berdiri dihadapan pintunya, maka Allah akan memasukkan kamu kedalam surga dengan kasih-sayangnya, dan syurga Firdaus dengan qurbahnya ( kedekatannya )

Tuan guru Prof. DR Muhammad Abdul Latif Shalih Al-Furfuri Al-Hasani seperti mana biasa pada hari jum`at mendirikan majlis zikir Rabbani Mujadidi di Ad-Darah. Sebelum memulai zikir tuan guru terlebih dahulu mengingatkan tentang adab-adab majlis, begitu juga adab murid dengan sheikh tarbiyahnya. Hendaklah kepada para murid yang salik dalam perjalanan mereka kepada Allah menjaga sungguh-sungguh adab, seperti menghadhiri majlis awal dan jangan sampai terlambat, kerana siapa yang datang terlambat sama sahaja dengan kurang rasa mahabbah seorang murid kepada guru, jika sering diulang-ulang maka disana ada sifat munafiq.

Tarekat Rabbaniyyah mujaddidiyyah tidaklah sama seperti sebahagian tarekat-tarekat yang lain yang tidak mementingkan tentang adab-adab dalam perjalanan tariq kepada Allah.

Maksud kata-kata hikmah diatas adalah, jangan sekali-kali kita meninggalkan daripada beramal dengan perkara sunnah, dan bukan fardhu yang telah diwajibkan dalam agama. Perkara fardhu tidaklah masuk dalam pembahasan ini, kerana yang fardhu memang Allah telah mewajibkannya, dan ia menjadi hutang antara seseorang hamba dengan Allah, jika seorang hamba tidak melaksanakan maka dia dalam keadaan berhutang dan muflis dengan Allah, seperti tidak sembahyang subuh, magrib, dhuhur dll. Akan tetapi yang dibincangkan disini adalah perkara-perkara sunnah, seperti sembahayang sunnat, berzikir, membaca Al-Quran, dan perkara-perkara sunnah lainnya yang dianjurkan agama.

Syaitan adalah musuh bagi manusia, ia akan selalu membisikkan dalam hati manusia, umpamanya mengatakan “ Allah tidak akan menerima amalan-amalan yang telah engkau perbuatkan, oleh kerana itu mari ikut aku dan buat perkara-perkara dunia” hal ini terkadang akan membuat seseorang berputus asa atas amalan-amalan yang dilakukannya, sehingga apabila dia mendengar seruan syaitan maka orang tersebut akan meninggalkan perkara-perkara sunnat yang dilakukan sebelumnya.

Tuan guru menambahkan lagi bahwa orang-orang yang mencukupkan diri mereka dengan mengerjakan amalan-amalan fardhu sahaja, maka mereka tidak termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah ( Qurbah ) mereka adalah orang-orang miskin di muka bumi ini. Maka jangan sekali-sekali kita merasa putus harapan dan tetap konsisten mengerjakan amalan-amalan sunnat.

Dan hendaklah kita selalu berdiri dihadapan pintu Allah, kerana Allah adalah raja dan maha kaya, dan manusia dalam keadaan fakir dan memerlukan kepada Allah. Tuan guru juga membaca ayat Al-Quran yang maksudnya wahai manusia sesungguhnya kamu semua faqir kepada Allah,  maka apabila kita selalu berdiri dihadapan pintu Allah, maka Allahpun akan membukakan pintu Qudsi kepada kita, kekallah bagi kamu semua berdiri dihadapan pintu Allah ta`ala.

Adakah pintu lain yang akan mendekatkan kita kepada Allah selain pintu Allah sendiri ?

Sebahagian manusia merasa diri mereka adalah orang kaya, mereka menganggap diri lebih kaya daripada Allah, seperti fir`aun, atau dengan nama-nama lain ramsees, dan seumpama mereka. Buktinya mereka sekarang binasa dan sebenarnya mereka memerlukan kepada Allah.
Tuan guru menutup majlis dengan penyudahan yang semerbak wangi, iaitu cerita Buhlul dengan saudaranya Raja Harun Ar-Rasyid.


Majlis selepas shalat subuh di Darah ( 27 / 9 /2013 )


Bersama:

Mursyid Prof. DR. Muhammad Mohd Azhar Abdullah Gül
Latif Shalih Al-Furfur Al-Hasani

Imam Madrasah Rabbaniyyah Al-Mujaddidiyyah Sedunia

Rabu, 25 September 2013

Kesabaran dalam pandangan Rabbani Mujaddidy

Pembahasan ketiga

Sabar

Sabar adalah menetapkan pancaran agama dalam melawan pancaran hawa nafsu,  pancaran agama adalah apa yang dihidayahkan keatas manusia daripada ma`rifat kepada Allah dan Rasulnya, dan ma`rifat segala kemaslahatan-kemaslahatan yang berkaitan dengan akibat-akibat ( sebuah kejadian) , dan pancaran hawa nafsu adalah sebuah tuntutan hawa nafsu dengan tujuan-tujuannya, maka barang siapa yang sabit sehingga mampu mengalahkannya dan berterusan dalam menyalahi segala nafsu syahwat,  akan menjadikan dia orang-orang yang bersabar.
Para ulama telah menyebutkan  bahwa sahanya sabar itu mempunyai beberapa macam pembahagian, dan semuanya kembali kepada tiga jenis : Sabar atas keta`atan, sabar atas maksiat, sabar atas segala musibah-musibah.

Dan sabar itu merupakan setengah daripada iman, dan rahasia kesenangan manusia, dan sumber kesembuhan ketika ditimpa ujian ( bala`) dan mengembalikan seorang mukmin ketika merasa diculik, dan ketika direnungi oleh berbagai fitnah, dan mendapatkan seksaan, dan ianya juga merupakan senjata bagi para salik dalam bermujahadah bagi dirinya, dan membawanya kepada Istiqamah atas syari`at Allah, dan menjaganya daripada tergelincir ke arus kehanjuran dan kesesatan, kerana keagungan dan betapa pentingnya itu, dan maqamnya yang tinggi sebagaimana Allah ta`ala sebutkan dalam Al-Quranul karim dalam 90 tempat, sebahagiannya firman Allah ta`ala :

يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنُوا اصبِروا وَصابِروا وَرابِطوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُم تُفلِحونَ ﴿٢٠٠﴾
(Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan).

Dan dijelaskan juga bahwa sahanya hidayah bagi para orang-orang yang diberikan petunjuk ( Mursyidin ) dan  para pemimpin Rabbani, mereka telahpun memperoleh maqam yang tinggi dengan kesabaran.

وَجَعَلنا مِنهُم أَئِمَّةً يَهدونَ بِأَمرِنا لَمّا صَبَروا ۖ وَكانوا بِـٔايٰتِنا يوقِنونَ ﴿٢٤﴾
Dan Kami jadikan dari kalangan mereka beberapa pemimpin, yang membimbing kaum masing-masing kepada hukum ugama Kami, selama mereka bersikap sabar (dalam menjalankan tugas itu) serta mereka tetap yakin akan ayat-ayat keterangan Kami.

Dan telah datang juga Akhbar yang banyak tentang kesabaran baginda Nabi S.A.W dan seluruh kehidupan beliau adalah kesabaran dan jihad, dan terdapat hadist-hadist yang banyak yang menjelaskan tentang kelebihan bersabar dan pengaruhnya dan kehidupan orang-orang mukmin dan kesenangannya, diantaranya hadist Abi Sa`id Al-Khudri R.A, bahwa sahanya Nabi S.A.W bersabda :

(( وما أعطي أحد عطاء خيراً وأوسع من الصبر))
Seseorang tidaklah diberi dengan sebuah pemberian yang lebih baik dan luas daripada kesabaran”. 

Dan hadist Suhabi Bin Sanan R.A berkata : bahwa sahanya Rasululah S.A.W bersabda :

عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير وليس ذاك لأحد إلا للمؤمن إن أصابته سراء شكر فكان خيرا له وإن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له
Maksudnya : Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, kerana segala urusannya adalah baik baginya dan hal yang demikiaan itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin. iaitu jika dia mendapat kebahagiaan, dia bersyukur kerana dia mengetahui bahwa hal tersebut merupakan hal yg terbaik untuknya dan jikalau dia tertimpa musibah, dia bersabar kerana dia mengetahui bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik baginya.

Maka sabar itu merupakan sifat para Nabi-nabi, perhiasan bagi para Ashfiya`( orang-orang yang bersih) dan kunci kebaikan, dan jalan bagi orang-orang salik kepada Allah ta`ala, seorang yang salik tidak boleh mengabaikannya dalam sebuah perjalanan marhalah-marhalahnya, oleh kerana itu setiap maqam itu ada kesabaran yang sesuai dengannya.

Dipetik daripada Kitab Madrasah Ar-Rabbaniyyah Warijaluha Ar-Rabbaniyyun fil Islam

karangan : Prof. DR. Muhammad Abul Latif Shalih Al-Furfuri Al-Hasani
halaman : 126

Jumat, 20 September 2013

Buku Terbaru Rampasan Kuasa Mesir oleh Muhammad Kamal Sulaiman Lc, Dipl



Buku terbaru saya

Muhammad Kamal Sulaiman Lc, Dipl 


Dapatkan di pasaran



Bab 14

KEMBALI KEPADA AKARNYA


Cara menghilangkan konflik adalah dengan Insijam iaitu mengembalikan sesuatu kepada keharmoniannya, maksud keharmonian disini adalah mengembalikan sesuatu kepada pangkalnya. Seperti sebuah kebencian cara mengobatinya adalah dengan menghilangkan benci tersebut, asalnya adalah tiada kebencian, dengan kita kembali kepada asal yang sebenarnya maka segala permasalahan akan dapat terselesaikan.

Manusia akan selalu berada dalam keadaan kedamaian dan penuh dengan keseronokan jika tau pangkal sebenarnya, manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh sang pencipta, iaitu Allah SWT,  hubungan manusia dengan Allah haruslah ada penengahnya, dimana Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang mengasihi dan mencitai manusia sebelum manusia itu mencintainya, adakah kita pernah menanyakan kepada diri kita kenapa diciptakan dan buat apa diciptakan ?

Jika manusia tahu,  maka tidak akan ada pembunuhan tanpa ada sebuah kesahalan, tidak akan ada orang yang membunuh dirinya sendiri, tidak ada orang yang akan mengeluh tentang apa yang didapatkan di dunia ini, dak tidak akan tega membunuh sesama manusia dll.

Manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Allah, iaitu untuk mengenal Allah yang telah menciptakan kita, bagaimanakah cara mengenal Allah ?

Mengenal Allah dengan guru kita, seperti para sahabat yang berguru dengan Rasulullah, Rasulullah adalah saidul Mu`allim, guru bagi segala guru-guru. Beliau telah menjadi tauladan bagi manusia yang mempelajari tentang sejarah beliau, dan belajar dengan beliau, dan mengikuti tarbiyah beliau dari segi dhahir dan bathin, sehingga alumni pertama Islam sangat hebat, kerana mereka ditarbiyahkan oleh Rasulullah sendiri, bagaimana dengan kita ? apakah kita akan merasakan malang dan jauh dari ajaran Rasulullah setelah kita hidup diabad yang jauh dengan kehidupan Rasullah, bolehkah kita belajar seperti para sahabat belajar dengan Rasullah?

Jawapannya boleh sahaja, Rasulullah memang telah wafat dan telah kembali ke pangkuan ilahi, namun beliau mempunyai pewaris-pewaris beliau yang kekal sampai pada hari kiamat, mereka adalah para ulama` waris Al-Muhammadi, yang telah mengambil ilmu langsung dari baginda Rasulullah, ilmu telah Rasulullah wariskan kepada generasi dan generasi kepada generasi yang lain begitulah seterusnya sampai pada zaman kita ini. Ilmu itu ada tali sambungannya atau dinamakan juga dengan sanad, maka sanad ini sangatlah penting, kerana dia akan menjelaskan tentang keoutentikan sebuah ilmu, ilmu yang tidak sampai kepada baginda Rasululah adalah ilmu yang ditolak, dikhawatirkan akan membawa kepada fintah dan penipuan, berapa banyak sekarang yang mengaku diri sebagai Ulama ternyata tidak menyampaikan apa yang diajarkan oleh Rasulullah sebenarnya, ulama ini memang mengaku bahwa dirinya telah belajar dari guru-gurunya, namun benarkah dia belajar dengan guru yang bersanad hingga kepada baginda Rasulullah?  Inilah sebenarnya penyalah gunaan ilmu agama pada abad ini, menghafal Al-Quran dan Hadits tapi menjelaskan dan menerangkan kepada orang lain tidak seperti yang di ajarkan Rasulullah, inilah fitnah yang amat ditakutkan oleh baginda Rasulullah, dimana datang suatu masa orang-orang yang menghafal Al-Quran dan wajah mereka ada nur al-Quran namun menerangkan dengan maksud yang salah, puncanya adalah ilmu mereka tidak sampai kepada baginda Rasulullah.  Maka pewaris Rasulullah adalah mereka yang mempunyai guru-guru yang ilmu mereka bersanad kepada Rasulullah, inilah yang menjamin ummat Islam dari sebuah fitnah yang amat besar.

Ilmu yang shahih yang akan mengenal seseorang itu kepada Allah, berkat daripada bimbingan guru-gurunya, mustahil seseorang Alim dan mengenal Allah melaui buku-buku dan penelitian-demi penelitian yang dibuat, tanpa harus belajar dengan guru, inilah yang menyebabkan kesesatan dikalangan ummat sa`at ini.

i.                    Pentingnya sanad Ilmu

Ilmu tidak diambil daripada lembaran kertas dan bukan juga daripada dhahir Mushaf Al-Quran semata, akan tetapi ianya diambil dengan bersanad sebagai nasihat ulama-ulama dan wasiat-wasiat mereka,  sekiranya tidak ada sanad maka orang-orang akan mengatakan tentang agama Islam apa sahaja yang di mahukan, terlebih-lebih lagi orang-orang yang mengajarkan ilmu Tasawwuf dan Tazkiyah jiwa, dan sanad ini tentulah dia dapatkan daripada guru-guru mereka, mustahil seorang guru memberikan sanad kepada muridnya yang tidak layak dan tidak pernah berguru dengannya, sanad juga berupa pengakuan daripada seorang guru kepada muridnya.

Berapa banyak sekarang kita melihat orang yang mengaku ulama tetapi cara pemahaman mereka berbeza dengan jumhur ulama lain, kita melihat kejadian yang menimpa Syiria pada hari ini, bukankah salah satu penyebabnya adalah ulama? Ulama yang disini mengatakan wajib memerangi orang-orang yang memberontak dan hukumnya fardhu ain dalam membela Basyar Asad, sebahagian ulama yang lain mengatakan haram hukumnya membela Basyar dan wajib menentangnya kerana seorang yang dhalim bahkan sudah keluar daripada Islam, kedua-duanya menggunakan ayat al-Quran dan hadith baginda Rasullah, pertupahan darah sesama Muslim tidak dapat dihindarkan, tidak ada yang mengalah seperti mengalahnya Ali Bin Abi Thalib, tidak adalagi orang yang selembut dan setulus Abu Musa Al-`Asy`ari.

ii.                  Islam bukan Teroris


Belum ada musyawarat antara seluruh negara-negara didunia yang berkumpul dan bersepakat atas kata-kata Terorisme dan maksud didalamnya, serta poin-poin yang terdapat padanya sehingga digelar sebagai teroris. DR. Ibrahim Khuli salah seorang pensyarah di Universiti Al-Azhar mengatakan bahwa perang melawan terorisme yang di war-warkan Gorge W. Bush adalah perang atas Islam pada hakikatnya. Namun seiring berjalannya waktu negara-negara lain pun ikut serta dalam program ini, sehingga selepas kehancuran gedung WTC 2001 gelaran teroris semakin sering didengar, media-media barat setiap hari mengulang-ulangnya sehingga ia begitu popular diwaktu itu. Kesempatan itu juga digunakan oleh negara-negara tertentu untuk memberangus lawan politiknya dengan kata-kata teroris, agar dituntaskan dengan cepat. Dan kebanyakan yang dicap kelompok teroris oleh Amerika adalah orang-orang Islam. Pertanyaannya Apakah Islam itu teroris ?


Islam sama sekali tidak mengajarkan Terorisme, bahkan lebih dari itu yang disebut dengan Fundamentalis ( keterbelakangan dalam berfikir ), kerana agama Islam adalah mengajarkan

Perdamaian, keselamatan dan keadilan, bahkan Rasululah sendiri bersabda:

Seorang Muslim adalah orang yang membuat muslim lain, selamat dari lidah dan tangan nya. Seorang Muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.”  ( Hadist riwayat  Bukhari)

Tidaklah boleh mengukum Islam atas tindakan orang-orang Islam, begitu juga tidak boleh menghukum Kristen atas tindakan orang-orang Kristen. Akan tetapi kita harus mendalami dahulu ajaran yang diajarkan oleh agama tersebut, adakah Islam mengajar seseorang berbuat terorisme ? Tidak mungkin sama sekali. Kemudian Islam banyak dikaitkan dengan Jihad, seakan-akan Jihad mengajarkan terorisme. Padalah Jihad telah diterangkan oleh baginda Rasulullah dan juga dibuku-buku yang telah ditulis oleh para ulama, intinya ia adalah mempertahankan diri dari serang Musuh apabila diserang, apakah mempertahankan diri daripada kedhaliman orang lain itu teroris ? Islam tidak mengajarkan terorisme bahkan yang lebih rendah daripada itu yang disebut Islam Fundamentalis.


Istilah Fundamentalis/ jumud pada mulanya lahir dari Gereja Kristen Katolik Perancis. fundamentalis adalah kelompok yang pemikirannya kaku dan fanatik pada agama. Mereka memusuhi akal dan tidak menyukai majas (perumpamaan), dan penakwilan maupun peng-qiyas-an dalam menafsirkan ayat. Maka mereka melihat nash secara tekstual belaka. Namun dalam Islam tidak ada istilah keterbelakangan dalam berfikir ( jumud ). Oleh keran itu Islam dapat menyelesaikan setiap masalah, sehinggalah sampai hari kiamat.


Imam Al-Ghazaliy dalam  kitab Faishal at-tafriqah baina al-Islam wa az-zindiqah beliau menafikan adanya  Ahlu Jumud dari Islam, beliau berkata  "Setiap mazhab di dalam Islam pernah melakukan takwil (penakwilan nash) dan yang paling jarang melakukan takwil adalah Ahmad Bin Hanbal (164-241 H). Saya telah mendengar berita dari Imam-imam yang terpercaya di Baghdad, mereka mengatakan : Imam Ahmad pernah mentakwilkan tiga hadits, diantaranya bahkan ada yang terlalu jauh takwilnya. Sebab kenapa ia hanya menakwilkan tiga hadits tersebut adalah kerana takwilannya tidak berlebihan dari logika. Sementara Asy'ariyah dan Mu'tazilah, kerana pembahasan mereka yang lebih banyak, mereka menakwilkan banyak hal. Asy'ariyah menakwilkan banyak permasalahan Akhirat, tidak ada kondisi nash yang tidak ditakwilkan kecuali hanya sedikit. Sementara Mu'tazilah sangat berlebihan dalam mentakwil jika dibandingkan dengan Asy'ariyah ...)". Namun ada juga para ulama mengatakan bahwa Imam Al-Ghazali di Akhir hayatnya beliau berpindah dari Mazhab Asya`irah kepada mazhab salaf, mazhab yang tidak mentakwilkan ayat-ayat al-Quran melainkan mentafwidhkannya.


Islam menepis semua tuduhan atas Islam seperti Terorisme dan Jumud  kerana islam mempunyai 4 unsur yang dapat menjadikan ummat Islam selalu terhadapan dan kembali sebagaimana yang diajarkan oleh baginda Rasulullah iaitu : ahlu at-tajdid, ahlu al-ijtihad, wa al-isdidlal wa al- istinbath. Jadi dengan adanya empat ini tidak ada istilah keterbelakangan berfikir dalam Islam.


Menurut  DR. Muhammad Imarah, yang dimaksud dengan Muslimin adalah muslim 'awwam, sementara yang dimaksud dengan "Islamiyyin" adalah mereka yang berusaha mempertemukan Islam dengan seluruh sendi kehidupan, ekonomi, sosial, maupun politik. Dan menjadikan Islam sebagai hulul (solusi) terhadap berbagai permasalahan hidup.
Menurut Prof. DR. Muhammad Abdul Latif Shalih Al-Furfur bahwa tajdid dalam Islam datang 100 tahun sekali dan 1000 tahun merupakan tajdid besar, maka tajdid adalah untuk mengembalikan ummat Islam ini kepangkal jalan sebenar seperti yang diajarkan Rasulullah, Ibarat sebuah sungai yang panjang dihujung alirannya airnya keruh padahal sumber mata airnya jernih, maka hendaklah yang keruh itu dibersihkan agar ia selalu jernih. Beliau juga mengemukakan bahwa dunia sekarang ini perlu adanya tajdid, beliau berijtihad dengan menggerakkan kebangkitan  Madrah Rabbaniyyah Al-Mujaddidiyyah Al-Islamiah sedunia, yang berpusat di Malaysia sekarang ini.


iii.                Imamah kaum Muslimin

Prof  DR Muhammad Abdul Latif Shalih Al-Furfur Al-Hasani dalam buku beliau Ar-Rabbaniyyatu Al-Islamiyyatu Al-Mujaddidiyyatu Al-`Alamiyyatu, beliau menyerukan sebuah penyatuan Ummat dimana ummat Islam pada hari ini memerlukan kepada tajdid, maka diantara tajdid yang paling mendesak sekali adalah feqah tajdid sebuah peradaban, yang mengembalikan kepada sebuah asal daripada ushul-ushul Islam kubra iaitu Al-Imamah ( kepemimpinan), Prof juga menyatakan maksud daripada Imamah disini bukanlah pemimpin negara, dan bukanlah juga kepemimpinan faqih, akan tetapi maksud daripada Imamah menurut beliau adalah kepemimpinan (imam) keagamaan intelektual, keilmiahan dan dakwah dalam satu wadah, umpama dalam satu wayar dan dalam satu helaian kain, ia merupakan imamah para Nabi-nabi dan para Rasul, sebagai mana firman Allah ta`ala :

وَاجعَلنا لِلمُتَّقينَ إِمامًا ﴿٧٤﴾

Dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertaqwa. ( QS : Alfurqan 74)

Dan Imamah para ahli waris mereka sebagaimana firman Allah ta`ala :

وَجَعَلنا مِنهُم أَئِمَّةً يَهدونَ بِأَمرِنا لَمّا صَبَروا ۖ وَكانوا بِـٔايٰتِنا يوقِنونَ ﴿٢٤﴾

 Dan Kami jadikan dari kalangan mereka beberapa pemimpin, yang membimbing kaum masing-masing kepada hukum ugama Kami, selama mereka bersikap sabar (dalam menjalankan tugas itu) serta mereka tetap yakin akan ayat-ayat keterangan Kami. ( QS : As-Sajadah 24)

وَجَعَلنٰهُم أَئِمَّةً يَهدونَ بِأَمرِنا ﴿٧٣﴾

Dan Kami jadikan mereka ketua-ketua ikutan, yang memimpin (manusia ke jalan yang benar) dengan perintah Kami. ( QS : Al-Anbiya` 73)

Beliau juga berpendapat bahwa Imamah merupakan sebuah tajdid yang berterusan dalam agama Allah tersebut, kerana ia akan selalu di perbaharui, dan inilah satu jawapan  atas segala problem yang ada di dunia sekarang ini. Dan maksud tajdid dalam pemahaman beliau adalah mengembalikan seperti di era baginda Rasulullah dengan para sahabatnya. Diibaratkan sebuah sungai pada dasarnya adalah sebuah mata air yang jernih, namun apabila dia mengalir yang begitu jauh ia akan keruh, maka tajdid disini adalah membersihkan sungai-sungai tersebut agar selalu airnya selalu bersih, dan bukan dengan mengobah mata air itu sendiri. Prof juga merupakan pengasas bagi Madrasah Rabbaniyyah Mujaddidiyyah Islamiah sedunia, ianya mencukup kepada madrasah, tazkiyah dan dakwah.

Inilah yang paling penting pada Abad ini, ummat Islam Ahlisunnah waljama`ah untuk sa`at ini telah hilang sebuah persatuan, walaupun Aqidah bahagian terdepan namun dari segi penyatuan telah kalah, kita melihat bagaimana orang-orang Syiah pada hari ini mereka bersatu bagaikan tubuh yang satu, bagaikan satu kata, bagaikan satu keluarga, namun ummat Islam Ahli sunnah berpecah-pecah, buktinya kita melihat kejadian-kejadian yang menimpa Ummat Islam sekarang ini di Mesir, mana ulama yang harus kita meruju` ? Sheikh Yusuf Al-Qardhawi bersuara lantang atas rampasan kuasa, petinggi-petinggi Azhar bersama dengan pemerintahan rampasan kuasa, ulama-ulama salafi pun berpecah, siapa Imam kita yang harus didengar oleh kedua belah pihak ?

Orang-orang Ikhanul Muslimin selepas rampasan kuasa juga menolak ajakan Al-Azhar, begitu juga pihak rampasan kuasa tidak mendengar dan menghirau sama sekali para penyokong Mursi malah memberikan gelar teroris. Siapa yang akan meleraikan itu semua ? bukankan Mesir negara Ahlissunnah waljama`ah, banyak pakar-pakar dan para ulama disitu, kenapa tidak ada penyatuan, bukankah kita belajar pada guru yang sama baginda Rasulullah, kenapa kita tidak boleh bersatu ?

Jawapannya adalah kita harus mempunyai Imamah, imamah ini bukanlah kepada negara ( presiden, dan bukanlah juga kepemimpinan faqih dimana kita memperakui bahwa mazhab yang empat adalah mazhab Ahlisunnah waljama`ah, Syafi`e Maliki Hambali dan Hanafi, akan tetapi maksud daripada Imamah kepemimpinan (imam) keagamaan intelektual, keilmiahan dan dakwah, dalam satu wadah dan satu kata yang harus didengar oleh semua pihak dan semua ummat Islam di muka bumi ini.

Kita mengambil contoh yang lain sebahagian kecil konflik yang terjadi di Syiria pada hari ini, Sheikh Ramadhan Al-Buthi dan  sebahagian ulama-ulama sunni lainnya menyokong Basyar Asad dengan segala upaya mereka mempertahankan, mulai daripada ceramah dan khutbah-khutbah mereka, mereka juga menggunakan Dalil dan Al-Quran serta pendapat para ulama-ulama terdahulu, namun dilain pihak ulama-ulama penentang Basyar pun dikalangan ulama Ahlissunnah waljama`ah, meraka terus sahaja mengeluarkan fatwa-fatwa membolehkan untuk melawan Basyar Asad, menghina Basyar dan mengutuk atas tindakannya membunuh rakyat sendiri,  seperti Sheikh Ali Sabuni, Sheikh Adnah Ar-Ur dan lain-lain, sehingga kita melihat nampak jelas sekali perbezaan pendapat ulama yang akhirnya  terbunuh ummat Islam yang tidak berdausa, bukankah kedua kelompok ini adalah ulama Juga, kedua-duanya adalah Ahlisunnah waljama`ah, mana satu yang harus kita ikut ? Ummat Islam awam pun hanya menonton sahaja, kedua-dua benar. Atau kedua-duanya salah ? Yang boleh dijadikan Alasan adalah mereka berijtihad dengan cara masing-masing, barang siapa yang benar maka akan mendapatkan dua pahala, jika salah akan mendapatkan satu pahala. Namun masalah utamanya bagaimana mengakiri Konflik Ummat Islam yang seperti ini.

Ini mungkin berbagai contoh kecil, di tahun-tahun mendatang tentulah kita akan lebih sulit lagi menghadapi kes-kes yang seperti ini. Apalagi di dunia yang serba canggih  dan teknologi semakin berkembang. Bagaimana ummat Islam boleh bersatu ? Jawapannya adalah Al-Imamah.