Jumat, 15 November 2013

Penemuan Pedang Emas Di Aceh

PEDANG BERKEPALA SINGA YANG BERLAPIS EMAS...YANG DI TEMUKAN DI WILAYAH KAMPUNG PANDE BANDA ACEH YANG MENEMUKAN PEDANG TERSEBUT KESURUPAN.DAN KORBAN KESURUPAN BERKATA AGAR PEDANG TERSEBUT DI KEMBALIKAN KE MAKAM TEUNGKU DI KANDANG YANG TERLETAK DI KAMPUNG PANDE BANDA ACEH.. — 


Pemerintah Kota Banda Aceh akhirnya memutuskan menutup total kawasan Kuala Krueng Geudong, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, dari berbagai aktivitas mencari barang-barang kuno termasuk koin emas. “Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk TNI dan Polri untuk membantu kami. Kalau kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan merusak tatanan sosial dan berdampak buruk. Bahkan tidak tertutup kemungkinan terjadi konflik di masyarakat,” kata Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal.
Aktivitas perburuan koin emas alias dirham yang sempat berlangsung selama dua hari memang sangat sensasional. Temuan itu benar-benar menjadi magnet yang mampu menarik ribuan orang untuk menyaksikan bahkan terlibat pencarian logam mulia kuno itu di dalam air dan lumpur.
Sebelum kawasan itu ditutup, aktivitas pencarian dirham itu diwarnai berbagai peristiwa unik dan misteri yang kian menambah rasa ingin tahu publik. Ada sepasang “pedang VOC” yang katanya terbuat dari emas ditemukan di lokasi temuan dirham tadi. Tapi, pria-pria penemu itu menghilang tak diketahui publik. Demikian si pencari tiram yang pertama kali menemukan dirham, tak bisa ditemui pers.
Lalu, ada pula seorang wanita yang biasa disapa Bunda, warga Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, kemasukan roh halus. Ia jatuh di tengah kerumunan warga yang berdesak-desakan ingin menyaksikan “pedang VOC”. Wanita yang diperkirakan berumur sekitar 48 tahun itupun langsung dibawa ke dalam Kantor Keuchik Gampong Pande.
Dalam ceracaunya, wanita itu mengaku bernama Putroe Canden dan meminta kedua pedang yang ditemukan itu disimpan di sekitar Makam Tgk Di Kandang yang berada di Gampong Pande. Ia juga minta semua orang tidak lagi mengeruk dan mengambil apapun barang yang ditemukan dari Kuala Krueng Geudong, tempat koin emas tersebut pertama didapat. “Selama ramai orang yang datang ke tempat itu, kami telah terusik. Mereka telah menghancurkan tempat kami. Bila barang kami tidak dikembalikan tunggulah bencana datang,” ujar wanita itu di sela-sela tangisnya.
Ya, begitu banyak persoalan yang memang menjadi pertanyaan publik. Cerita tentang si pencarin tiram yang pertama menemukan dirham. Lalu, soal si pemuda misterius yang katanya sempat dikejar harimau beberapa jam sebelum menemukan pedang, dan siapa Putroe Canden yang “pesannya” begitu hebat.
Siapapun tentu berharap pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab tuntas. Makanya, janji Kemendikbud yang akan menganalisis kepurbakalaan terhadap temuan koin emas dan pedang itu dapat segera dilaksanakan guna memastikan nilai dan makna kesejarahannya.
Tentang kawasan yang sudah ditutup untuk aktivitas pencarian koin emas dan semacamnya, tentu tidak boleh berlaku bagi kaum wanita pencari tiram yang sejak lama telah menjadikan kawasan itu sebagai tempat mencari nafkah. Untuk itu perlu pula dibuat petunjuk yang jelas siapa dan untuk aktivitas apa kawasan itu boleh dimasuki. Dengan demikian tidak boleh ada masyarakat di sekitar itu yang dirugikan.
Satu hal lagi yang penting adalah bahwa kejadian itu memberi pesan kepada pemerintah dan kita semua supaya lebih serius lagi merawat dan menjaga benda-benda dan kawasan bernilai sejarah tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar