Jumat, 20 September 2013

Buku Terbaru Rampasan Kuasa Mesir oleh Muhammad Kamal Sulaiman Lc, Dipl



Buku terbaru saya

Muhammad Kamal Sulaiman Lc, Dipl 


Dapatkan di pasaran



Bab 14

KEMBALI KEPADA AKARNYA


Cara menghilangkan konflik adalah dengan Insijam iaitu mengembalikan sesuatu kepada keharmoniannya, maksud keharmonian disini adalah mengembalikan sesuatu kepada pangkalnya. Seperti sebuah kebencian cara mengobatinya adalah dengan menghilangkan benci tersebut, asalnya adalah tiada kebencian, dengan kita kembali kepada asal yang sebenarnya maka segala permasalahan akan dapat terselesaikan.

Manusia akan selalu berada dalam keadaan kedamaian dan penuh dengan keseronokan jika tau pangkal sebenarnya, manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh sang pencipta, iaitu Allah SWT,  hubungan manusia dengan Allah haruslah ada penengahnya, dimana Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang mengasihi dan mencitai manusia sebelum manusia itu mencintainya, adakah kita pernah menanyakan kepada diri kita kenapa diciptakan dan buat apa diciptakan ?

Jika manusia tahu,  maka tidak akan ada pembunuhan tanpa ada sebuah kesahalan, tidak akan ada orang yang membunuh dirinya sendiri, tidak ada orang yang akan mengeluh tentang apa yang didapatkan di dunia ini, dak tidak akan tega membunuh sesama manusia dll.

Manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Allah, iaitu untuk mengenal Allah yang telah menciptakan kita, bagaimanakah cara mengenal Allah ?

Mengenal Allah dengan guru kita, seperti para sahabat yang berguru dengan Rasulullah, Rasulullah adalah saidul Mu`allim, guru bagi segala guru-guru. Beliau telah menjadi tauladan bagi manusia yang mempelajari tentang sejarah beliau, dan belajar dengan beliau, dan mengikuti tarbiyah beliau dari segi dhahir dan bathin, sehingga alumni pertama Islam sangat hebat, kerana mereka ditarbiyahkan oleh Rasulullah sendiri, bagaimana dengan kita ? apakah kita akan merasakan malang dan jauh dari ajaran Rasulullah setelah kita hidup diabad yang jauh dengan kehidupan Rasullah, bolehkah kita belajar seperti para sahabat belajar dengan Rasullah?

Jawapannya boleh sahaja, Rasulullah memang telah wafat dan telah kembali ke pangkuan ilahi, namun beliau mempunyai pewaris-pewaris beliau yang kekal sampai pada hari kiamat, mereka adalah para ulama` waris Al-Muhammadi, yang telah mengambil ilmu langsung dari baginda Rasulullah, ilmu telah Rasulullah wariskan kepada generasi dan generasi kepada generasi yang lain begitulah seterusnya sampai pada zaman kita ini. Ilmu itu ada tali sambungannya atau dinamakan juga dengan sanad, maka sanad ini sangatlah penting, kerana dia akan menjelaskan tentang keoutentikan sebuah ilmu, ilmu yang tidak sampai kepada baginda Rasululah adalah ilmu yang ditolak, dikhawatirkan akan membawa kepada fintah dan penipuan, berapa banyak sekarang yang mengaku diri sebagai Ulama ternyata tidak menyampaikan apa yang diajarkan oleh Rasulullah sebenarnya, ulama ini memang mengaku bahwa dirinya telah belajar dari guru-gurunya, namun benarkah dia belajar dengan guru yang bersanad hingga kepada baginda Rasulullah?  Inilah sebenarnya penyalah gunaan ilmu agama pada abad ini, menghafal Al-Quran dan Hadits tapi menjelaskan dan menerangkan kepada orang lain tidak seperti yang di ajarkan Rasulullah, inilah fitnah yang amat ditakutkan oleh baginda Rasulullah, dimana datang suatu masa orang-orang yang menghafal Al-Quran dan wajah mereka ada nur al-Quran namun menerangkan dengan maksud yang salah, puncanya adalah ilmu mereka tidak sampai kepada baginda Rasulullah.  Maka pewaris Rasulullah adalah mereka yang mempunyai guru-guru yang ilmu mereka bersanad kepada Rasulullah, inilah yang menjamin ummat Islam dari sebuah fitnah yang amat besar.

Ilmu yang shahih yang akan mengenal seseorang itu kepada Allah, berkat daripada bimbingan guru-gurunya, mustahil seseorang Alim dan mengenal Allah melaui buku-buku dan penelitian-demi penelitian yang dibuat, tanpa harus belajar dengan guru, inilah yang menyebabkan kesesatan dikalangan ummat sa`at ini.

i.                    Pentingnya sanad Ilmu

Ilmu tidak diambil daripada lembaran kertas dan bukan juga daripada dhahir Mushaf Al-Quran semata, akan tetapi ianya diambil dengan bersanad sebagai nasihat ulama-ulama dan wasiat-wasiat mereka,  sekiranya tidak ada sanad maka orang-orang akan mengatakan tentang agama Islam apa sahaja yang di mahukan, terlebih-lebih lagi orang-orang yang mengajarkan ilmu Tasawwuf dan Tazkiyah jiwa, dan sanad ini tentulah dia dapatkan daripada guru-guru mereka, mustahil seorang guru memberikan sanad kepada muridnya yang tidak layak dan tidak pernah berguru dengannya, sanad juga berupa pengakuan daripada seorang guru kepada muridnya.

Berapa banyak sekarang kita melihat orang yang mengaku ulama tetapi cara pemahaman mereka berbeza dengan jumhur ulama lain, kita melihat kejadian yang menimpa Syiria pada hari ini, bukankah salah satu penyebabnya adalah ulama? Ulama yang disini mengatakan wajib memerangi orang-orang yang memberontak dan hukumnya fardhu ain dalam membela Basyar Asad, sebahagian ulama yang lain mengatakan haram hukumnya membela Basyar dan wajib menentangnya kerana seorang yang dhalim bahkan sudah keluar daripada Islam, kedua-duanya menggunakan ayat al-Quran dan hadith baginda Rasullah, pertupahan darah sesama Muslim tidak dapat dihindarkan, tidak ada yang mengalah seperti mengalahnya Ali Bin Abi Thalib, tidak adalagi orang yang selembut dan setulus Abu Musa Al-`Asy`ari.

ii.                  Islam bukan Teroris


Belum ada musyawarat antara seluruh negara-negara didunia yang berkumpul dan bersepakat atas kata-kata Terorisme dan maksud didalamnya, serta poin-poin yang terdapat padanya sehingga digelar sebagai teroris. DR. Ibrahim Khuli salah seorang pensyarah di Universiti Al-Azhar mengatakan bahwa perang melawan terorisme yang di war-warkan Gorge W. Bush adalah perang atas Islam pada hakikatnya. Namun seiring berjalannya waktu negara-negara lain pun ikut serta dalam program ini, sehingga selepas kehancuran gedung WTC 2001 gelaran teroris semakin sering didengar, media-media barat setiap hari mengulang-ulangnya sehingga ia begitu popular diwaktu itu. Kesempatan itu juga digunakan oleh negara-negara tertentu untuk memberangus lawan politiknya dengan kata-kata teroris, agar dituntaskan dengan cepat. Dan kebanyakan yang dicap kelompok teroris oleh Amerika adalah orang-orang Islam. Pertanyaannya Apakah Islam itu teroris ?


Islam sama sekali tidak mengajarkan Terorisme, bahkan lebih dari itu yang disebut dengan Fundamentalis ( keterbelakangan dalam berfikir ), kerana agama Islam adalah mengajarkan

Perdamaian, keselamatan dan keadilan, bahkan Rasululah sendiri bersabda:

Seorang Muslim adalah orang yang membuat muslim lain, selamat dari lidah dan tangan nya. Seorang Muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.”  ( Hadist riwayat  Bukhari)

Tidaklah boleh mengukum Islam atas tindakan orang-orang Islam, begitu juga tidak boleh menghukum Kristen atas tindakan orang-orang Kristen. Akan tetapi kita harus mendalami dahulu ajaran yang diajarkan oleh agama tersebut, adakah Islam mengajar seseorang berbuat terorisme ? Tidak mungkin sama sekali. Kemudian Islam banyak dikaitkan dengan Jihad, seakan-akan Jihad mengajarkan terorisme. Padalah Jihad telah diterangkan oleh baginda Rasulullah dan juga dibuku-buku yang telah ditulis oleh para ulama, intinya ia adalah mempertahankan diri dari serang Musuh apabila diserang, apakah mempertahankan diri daripada kedhaliman orang lain itu teroris ? Islam tidak mengajarkan terorisme bahkan yang lebih rendah daripada itu yang disebut Islam Fundamentalis.


Istilah Fundamentalis/ jumud pada mulanya lahir dari Gereja Kristen Katolik Perancis. fundamentalis adalah kelompok yang pemikirannya kaku dan fanatik pada agama. Mereka memusuhi akal dan tidak menyukai majas (perumpamaan), dan penakwilan maupun peng-qiyas-an dalam menafsirkan ayat. Maka mereka melihat nash secara tekstual belaka. Namun dalam Islam tidak ada istilah keterbelakangan dalam berfikir ( jumud ). Oleh keran itu Islam dapat menyelesaikan setiap masalah, sehinggalah sampai hari kiamat.


Imam Al-Ghazaliy dalam  kitab Faishal at-tafriqah baina al-Islam wa az-zindiqah beliau menafikan adanya  Ahlu Jumud dari Islam, beliau berkata  "Setiap mazhab di dalam Islam pernah melakukan takwil (penakwilan nash) dan yang paling jarang melakukan takwil adalah Ahmad Bin Hanbal (164-241 H). Saya telah mendengar berita dari Imam-imam yang terpercaya di Baghdad, mereka mengatakan : Imam Ahmad pernah mentakwilkan tiga hadits, diantaranya bahkan ada yang terlalu jauh takwilnya. Sebab kenapa ia hanya menakwilkan tiga hadits tersebut adalah kerana takwilannya tidak berlebihan dari logika. Sementara Asy'ariyah dan Mu'tazilah, kerana pembahasan mereka yang lebih banyak, mereka menakwilkan banyak hal. Asy'ariyah menakwilkan banyak permasalahan Akhirat, tidak ada kondisi nash yang tidak ditakwilkan kecuali hanya sedikit. Sementara Mu'tazilah sangat berlebihan dalam mentakwil jika dibandingkan dengan Asy'ariyah ...)". Namun ada juga para ulama mengatakan bahwa Imam Al-Ghazali di Akhir hayatnya beliau berpindah dari Mazhab Asya`irah kepada mazhab salaf, mazhab yang tidak mentakwilkan ayat-ayat al-Quran melainkan mentafwidhkannya.


Islam menepis semua tuduhan atas Islam seperti Terorisme dan Jumud  kerana islam mempunyai 4 unsur yang dapat menjadikan ummat Islam selalu terhadapan dan kembali sebagaimana yang diajarkan oleh baginda Rasulullah iaitu : ahlu at-tajdid, ahlu al-ijtihad, wa al-isdidlal wa al- istinbath. Jadi dengan adanya empat ini tidak ada istilah keterbelakangan berfikir dalam Islam.


Menurut  DR. Muhammad Imarah, yang dimaksud dengan Muslimin adalah muslim 'awwam, sementara yang dimaksud dengan "Islamiyyin" adalah mereka yang berusaha mempertemukan Islam dengan seluruh sendi kehidupan, ekonomi, sosial, maupun politik. Dan menjadikan Islam sebagai hulul (solusi) terhadap berbagai permasalahan hidup.
Menurut Prof. DR. Muhammad Abdul Latif Shalih Al-Furfur bahwa tajdid dalam Islam datang 100 tahun sekali dan 1000 tahun merupakan tajdid besar, maka tajdid adalah untuk mengembalikan ummat Islam ini kepangkal jalan sebenar seperti yang diajarkan Rasulullah, Ibarat sebuah sungai yang panjang dihujung alirannya airnya keruh padahal sumber mata airnya jernih, maka hendaklah yang keruh itu dibersihkan agar ia selalu jernih. Beliau juga mengemukakan bahwa dunia sekarang ini perlu adanya tajdid, beliau berijtihad dengan menggerakkan kebangkitan  Madrah Rabbaniyyah Al-Mujaddidiyyah Al-Islamiah sedunia, yang berpusat di Malaysia sekarang ini.


iii.                Imamah kaum Muslimin

Prof  DR Muhammad Abdul Latif Shalih Al-Furfur Al-Hasani dalam buku beliau Ar-Rabbaniyyatu Al-Islamiyyatu Al-Mujaddidiyyatu Al-`Alamiyyatu, beliau menyerukan sebuah penyatuan Ummat dimana ummat Islam pada hari ini memerlukan kepada tajdid, maka diantara tajdid yang paling mendesak sekali adalah feqah tajdid sebuah peradaban, yang mengembalikan kepada sebuah asal daripada ushul-ushul Islam kubra iaitu Al-Imamah ( kepemimpinan), Prof juga menyatakan maksud daripada Imamah disini bukanlah pemimpin negara, dan bukanlah juga kepemimpinan faqih, akan tetapi maksud daripada Imamah menurut beliau adalah kepemimpinan (imam) keagamaan intelektual, keilmiahan dan dakwah dalam satu wadah, umpama dalam satu wayar dan dalam satu helaian kain, ia merupakan imamah para Nabi-nabi dan para Rasul, sebagai mana firman Allah ta`ala :

وَاجعَلنا لِلمُتَّقينَ إِمامًا ﴿٧٤﴾

Dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertaqwa. ( QS : Alfurqan 74)

Dan Imamah para ahli waris mereka sebagaimana firman Allah ta`ala :

وَجَعَلنا مِنهُم أَئِمَّةً يَهدونَ بِأَمرِنا لَمّا صَبَروا ۖ وَكانوا بِـٔايٰتِنا يوقِنونَ ﴿٢٤﴾

 Dan Kami jadikan dari kalangan mereka beberapa pemimpin, yang membimbing kaum masing-masing kepada hukum ugama Kami, selama mereka bersikap sabar (dalam menjalankan tugas itu) serta mereka tetap yakin akan ayat-ayat keterangan Kami. ( QS : As-Sajadah 24)

وَجَعَلنٰهُم أَئِمَّةً يَهدونَ بِأَمرِنا ﴿٧٣﴾

Dan Kami jadikan mereka ketua-ketua ikutan, yang memimpin (manusia ke jalan yang benar) dengan perintah Kami. ( QS : Al-Anbiya` 73)

Beliau juga berpendapat bahwa Imamah merupakan sebuah tajdid yang berterusan dalam agama Allah tersebut, kerana ia akan selalu di perbaharui, dan inilah satu jawapan  atas segala problem yang ada di dunia sekarang ini. Dan maksud tajdid dalam pemahaman beliau adalah mengembalikan seperti di era baginda Rasulullah dengan para sahabatnya. Diibaratkan sebuah sungai pada dasarnya adalah sebuah mata air yang jernih, namun apabila dia mengalir yang begitu jauh ia akan keruh, maka tajdid disini adalah membersihkan sungai-sungai tersebut agar selalu airnya selalu bersih, dan bukan dengan mengobah mata air itu sendiri. Prof juga merupakan pengasas bagi Madrasah Rabbaniyyah Mujaddidiyyah Islamiah sedunia, ianya mencukup kepada madrasah, tazkiyah dan dakwah.

Inilah yang paling penting pada Abad ini, ummat Islam Ahlisunnah waljama`ah untuk sa`at ini telah hilang sebuah persatuan, walaupun Aqidah bahagian terdepan namun dari segi penyatuan telah kalah, kita melihat bagaimana orang-orang Syiah pada hari ini mereka bersatu bagaikan tubuh yang satu, bagaikan satu kata, bagaikan satu keluarga, namun ummat Islam Ahli sunnah berpecah-pecah, buktinya kita melihat kejadian-kejadian yang menimpa Ummat Islam sekarang ini di Mesir, mana ulama yang harus kita meruju` ? Sheikh Yusuf Al-Qardhawi bersuara lantang atas rampasan kuasa, petinggi-petinggi Azhar bersama dengan pemerintahan rampasan kuasa, ulama-ulama salafi pun berpecah, siapa Imam kita yang harus didengar oleh kedua belah pihak ?

Orang-orang Ikhanul Muslimin selepas rampasan kuasa juga menolak ajakan Al-Azhar, begitu juga pihak rampasan kuasa tidak mendengar dan menghirau sama sekali para penyokong Mursi malah memberikan gelar teroris. Siapa yang akan meleraikan itu semua ? bukankan Mesir negara Ahlissunnah waljama`ah, banyak pakar-pakar dan para ulama disitu, kenapa tidak ada penyatuan, bukankah kita belajar pada guru yang sama baginda Rasulullah, kenapa kita tidak boleh bersatu ?

Jawapannya adalah kita harus mempunyai Imamah, imamah ini bukanlah kepada negara ( presiden, dan bukanlah juga kepemimpinan faqih dimana kita memperakui bahwa mazhab yang empat adalah mazhab Ahlisunnah waljama`ah, Syafi`e Maliki Hambali dan Hanafi, akan tetapi maksud daripada Imamah kepemimpinan (imam) keagamaan intelektual, keilmiahan dan dakwah, dalam satu wadah dan satu kata yang harus didengar oleh semua pihak dan semua ummat Islam di muka bumi ini.

Kita mengambil contoh yang lain sebahagian kecil konflik yang terjadi di Syiria pada hari ini, Sheikh Ramadhan Al-Buthi dan  sebahagian ulama-ulama sunni lainnya menyokong Basyar Asad dengan segala upaya mereka mempertahankan, mulai daripada ceramah dan khutbah-khutbah mereka, mereka juga menggunakan Dalil dan Al-Quran serta pendapat para ulama-ulama terdahulu, namun dilain pihak ulama-ulama penentang Basyar pun dikalangan ulama Ahlissunnah waljama`ah, meraka terus sahaja mengeluarkan fatwa-fatwa membolehkan untuk melawan Basyar Asad, menghina Basyar dan mengutuk atas tindakannya membunuh rakyat sendiri,  seperti Sheikh Ali Sabuni, Sheikh Adnah Ar-Ur dan lain-lain, sehingga kita melihat nampak jelas sekali perbezaan pendapat ulama yang akhirnya  terbunuh ummat Islam yang tidak berdausa, bukankah kedua kelompok ini adalah ulama Juga, kedua-duanya adalah Ahlisunnah waljama`ah, mana satu yang harus kita ikut ? Ummat Islam awam pun hanya menonton sahaja, kedua-dua benar. Atau kedua-duanya salah ? Yang boleh dijadikan Alasan adalah mereka berijtihad dengan cara masing-masing, barang siapa yang benar maka akan mendapatkan dua pahala, jika salah akan mendapatkan satu pahala. Namun masalah utamanya bagaimana mengakiri Konflik Ummat Islam yang seperti ini.

Ini mungkin berbagai contoh kecil, di tahun-tahun mendatang tentulah kita akan lebih sulit lagi menghadapi kes-kes yang seperti ini. Apalagi di dunia yang serba canggih  dan teknologi semakin berkembang. Bagaimana ummat Islam boleh bersatu ? Jawapannya adalah Al-Imamah.

1 komentar:

  1. Siapa yang berminat boleh pm FB : Muhammad Kamal Sulaiman

    https://www.facebook.com/itc.mesir

    BalasHapus