Buku terbaru saya
Muhammad Kamal Sulaiman Lc, Dipl
Dapatkan di pasaran
Bab 14
KEMBALI KEPADA
AKARNYA
Cara
menghilangkan konflik adalah dengan Insijam iaitu mengembalikan sesuatu
kepada keharmoniannya, maksud keharmonian disini adalah mengembalikan sesuatu
kepada pangkalnya. Seperti sebuah kebencian cara mengobatinya adalah dengan
menghilangkan benci tersebut, asalnya adalah tiada kebencian, dengan kita
kembali kepada asal yang sebenarnya maka segala permasalahan akan dapat
terselesaikan.
Manusia akan
selalu berada dalam keadaan kedamaian dan penuh dengan keseronokan jika tau
pangkal sebenarnya, manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh sang pencipta,
iaitu Allah SWT, hubungan manusia dengan
Allah haruslah ada penengahnya, dimana Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang mengasihi dan mencitai manusia sebelum manusia itu mencintainya,
adakah kita pernah menanyakan kepada diri kita kenapa diciptakan dan buat apa
diciptakan ?
Jika manusia
tahu, maka tidak akan ada pembunuhan
tanpa ada sebuah kesahalan, tidak akan ada orang yang membunuh dirinya sendiri,
tidak ada orang yang akan mengeluh tentang apa yang didapatkan di dunia ini,
dak tidak akan tega membunuh sesama manusia dll.
Manusia
diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Allah, iaitu untuk mengenal Allah
yang telah menciptakan kita, bagaimanakah cara mengenal Allah ?
Mengenal Allah
dengan guru kita, seperti para sahabat yang berguru dengan Rasulullah,
Rasulullah adalah saidul Mu`allim, guru bagi segala guru-guru. Beliau telah
menjadi tauladan bagi manusia yang mempelajari tentang sejarah beliau, dan
belajar dengan beliau, dan mengikuti tarbiyah beliau dari segi dhahir dan
bathin, sehingga alumni pertama Islam sangat hebat, kerana mereka ditarbiyahkan
oleh Rasulullah sendiri, bagaimana dengan kita ? apakah kita akan merasakan
malang dan jauh dari ajaran Rasulullah setelah kita hidup diabad yang jauh
dengan kehidupan Rasullah, bolehkah kita belajar seperti para sahabat belajar
dengan Rasullah?
Jawapannya
boleh sahaja, Rasulullah memang telah wafat dan telah kembali ke pangkuan
ilahi, namun beliau mempunyai pewaris-pewaris beliau yang kekal sampai pada
hari kiamat, mereka adalah para ulama` waris Al-Muhammadi, yang telah mengambil
ilmu langsung dari baginda Rasulullah, ilmu telah Rasulullah wariskan kepada
generasi dan generasi kepada generasi yang lain begitulah seterusnya sampai
pada zaman kita ini. Ilmu itu ada tali sambungannya atau dinamakan juga dengan
sanad, maka sanad ini sangatlah penting, kerana dia akan menjelaskan tentang
keoutentikan sebuah ilmu, ilmu yang tidak sampai kepada baginda Rasululah
adalah ilmu yang ditolak, dikhawatirkan akan membawa kepada fintah dan
penipuan, berapa banyak sekarang yang mengaku diri sebagai Ulama ternyata tidak
menyampaikan apa yang diajarkan oleh Rasulullah sebenarnya, ulama ini memang
mengaku bahwa dirinya telah belajar dari guru-gurunya, namun benarkah dia
belajar dengan guru yang bersanad hingga kepada baginda Rasulullah? Inilah sebenarnya penyalah gunaan ilmu agama
pada abad ini, menghafal Al-Quran dan Hadits tapi menjelaskan dan menerangkan
kepada orang lain tidak seperti yang di ajarkan Rasulullah, inilah fitnah yang
amat ditakutkan oleh baginda Rasulullah, dimana datang suatu masa orang-orang
yang menghafal Al-Quran dan wajah mereka ada nur al-Quran namun menerangkan
dengan maksud yang salah, puncanya adalah ilmu mereka tidak sampai kepada
baginda Rasulullah. Maka pewaris
Rasulullah adalah mereka yang mempunyai guru-guru yang ilmu mereka bersanad
kepada Rasulullah, inilah yang menjamin ummat Islam dari sebuah fitnah yang
amat besar.
Ilmu yang
shahih yang akan mengenal seseorang itu kepada Allah, berkat daripada bimbingan
guru-gurunya, mustahil seseorang Alim dan mengenal Allah melaui buku-buku dan
penelitian-demi penelitian yang dibuat, tanpa harus belajar dengan guru, inilah
yang menyebabkan kesesatan dikalangan ummat sa`at ini.
i.
Pentingnya
sanad Ilmu
Ilmu tidak
diambil daripada lembaran kertas dan bukan juga daripada dhahir Mushaf Al-Quran
semata, akan tetapi ianya diambil dengan bersanad sebagai nasihat ulama-ulama
dan wasiat-wasiat mereka, sekiranya
tidak ada sanad maka orang-orang akan mengatakan tentang agama Islam apa sahaja
yang di mahukan, terlebih-lebih lagi orang-orang yang mengajarkan ilmu Tasawwuf
dan Tazkiyah jiwa, dan sanad ini tentulah dia dapatkan daripada guru-guru
mereka, mustahil seorang guru memberikan sanad kepada muridnya yang tidak layak
dan tidak pernah berguru dengannya, sanad juga berupa pengakuan daripada
seorang guru kepada muridnya.
Berapa banyak
sekarang kita melihat orang yang mengaku ulama tetapi cara pemahaman mereka
berbeza dengan jumhur ulama lain, kita melihat kejadian yang menimpa Syiria
pada hari ini, bukankah salah satu penyebabnya adalah ulama? Ulama yang disini
mengatakan wajib memerangi orang-orang yang memberontak dan hukumnya fardhu ain
dalam membela Basyar Asad, sebahagian ulama yang lain mengatakan haram hukumnya
membela Basyar dan wajib menentangnya kerana seorang yang dhalim bahkan sudah
keluar daripada Islam, kedua-duanya menggunakan ayat al-Quran dan hadith
baginda Rasullah, pertupahan darah sesama Muslim tidak dapat dihindarkan, tidak
ada yang mengalah seperti mengalahnya Ali Bin Abi Thalib, tidak adalagi orang
yang selembut dan setulus Abu Musa Al-`Asy`ari.
ii.
Islam bukan Teroris
Belum ada musyawarat antara seluruh negara-negara didunia yang berkumpul
dan bersepakat atas kata-kata Terorisme dan maksud didalamnya, serta poin-poin
yang terdapat padanya sehingga digelar sebagai teroris. DR. Ibrahim Khuli salah
seorang pensyarah di Universiti Al-Azhar mengatakan bahwa perang melawan
terorisme yang di war-warkan Gorge W. Bush adalah perang atas Islam pada
hakikatnya. Namun seiring berjalannya waktu negara-negara lain pun ikut serta
dalam program ini, sehingga selepas kehancuran gedung WTC 2001 gelaran teroris
semakin sering didengar, media-media barat setiap hari mengulang-ulangnya
sehingga ia begitu popular diwaktu itu. Kesempatan itu juga digunakan oleh
negara-negara tertentu untuk memberangus lawan politiknya dengan kata-kata
teroris, agar dituntaskan dengan cepat. Dan kebanyakan yang dicap kelompok
teroris oleh Amerika adalah orang-orang Islam. Pertanyaannya Apakah Islam itu
teroris ?
Islam sama sekali tidak mengajarkan Terorisme, bahkan lebih dari itu yang
disebut dengan Fundamentalis ( keterbelakangan dalam berfikir ), kerana agama
Islam adalah mengajarkan
Perdamaian, keselamatan dan keadilan, bahkan Rasululah sendiri bersabda:
Seorang Muslim adalah orang yang membuat muslim lain,
selamat dari lidah dan tangan nya. Seorang Muhajir (orang yang berhijrah)
adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.” ( Hadist riwayat Bukhari)
Tidaklah boleh mengukum Islam atas tindakan orang-orang Islam, begitu juga
tidak boleh menghukum Kristen atas tindakan orang-orang Kristen. Akan tetapi
kita harus mendalami dahulu ajaran yang diajarkan oleh agama tersebut, adakah
Islam mengajar seseorang berbuat terorisme ? Tidak mungkin sama sekali.
Kemudian Islam banyak dikaitkan dengan Jihad, seakan-akan Jihad mengajarkan
terorisme. Padalah Jihad telah diterangkan oleh baginda Rasulullah dan juga
dibuku-buku yang telah ditulis oleh para ulama, intinya ia adalah
mempertahankan diri dari serang Musuh apabila diserang, apakah mempertahankan
diri daripada kedhaliman orang lain itu teroris ? Islam tidak mengajarkan
terorisme bahkan yang lebih rendah daripada itu yang disebut Islam
Fundamentalis.
Istilah Fundamentalis/ jumud pada mulanya lahir dari Gereja Kristen Katolik
Perancis. fundamentalis adalah kelompok yang pemikirannya kaku dan fanatik pada
agama. Mereka memusuhi akal dan tidak menyukai majas (perumpamaan), dan
penakwilan maupun peng-qiyas-an dalam menafsirkan ayat. Maka mereka melihat
nash secara tekstual belaka. Namun dalam Islam tidak ada istilah
keterbelakangan dalam berfikir ( jumud ). Oleh keran itu Islam dapat
menyelesaikan setiap masalah, sehinggalah sampai hari kiamat.
Imam Al-Ghazaliy dalam kitab Faishal
at-tafriqah baina al-Islam wa az-zindiqah beliau menafikan adanya Ahlu Jumud dari Islam, beliau berkata "Setiap mazhab di dalam Islam pernah melakukan
takwil (penakwilan nash) dan yang paling jarang melakukan takwil
adalah Ahmad Bin Hanbal (164-241 H). Saya telah mendengar berita dari
Imam-imam yang terpercaya di Baghdad, mereka mengatakan : Imam Ahmad pernah
mentakwilkan tiga hadits, diantaranya bahkan ada yang terlalu jauh takwilnya.
Sebab kenapa ia hanya menakwilkan tiga hadits tersebut adalah kerana
takwilannya tidak berlebihan dari logika. Sementara Asy'ariyah dan Mu'tazilah,
kerana pembahasan mereka yang lebih banyak, mereka menakwilkan banyak hal. Asy'ariyah
menakwilkan banyak permasalahan Akhirat, tidak ada kondisi nash yang tidak
ditakwilkan kecuali hanya sedikit. Sementara Mu'tazilah sangat
berlebihan dalam mentakwil jika dibandingkan dengan Asy'ariyah
...)". Namun ada juga para ulama mengatakan bahwa Imam Al-Ghazali di Akhir
hayatnya beliau berpindah dari Mazhab Asya`irah kepada mazhab salaf, mazhab
yang tidak mentakwilkan ayat-ayat al-Quran melainkan mentafwidhkannya.
Islam menepis semua tuduhan atas Islam seperti Terorisme dan Jumud kerana islam mempunyai 4 unsur yang dapat
menjadikan ummat Islam selalu terhadapan dan kembali sebagaimana yang diajarkan
oleh baginda Rasulullah iaitu : ahlu at-tajdid, ahlu al-ijtihad, wa
al-isdidlal wa al- istinbath. Jadi dengan adanya empat ini tidak ada
istilah keterbelakangan berfikir dalam Islam.
Menurut DR. Muhammad Imarah, yang
dimaksud dengan Muslimin adalah muslim 'awwam, sementara yang dimaksud
dengan "Islamiyyin" adalah mereka yang berusaha mempertemukan Islam
dengan seluruh sendi kehidupan, ekonomi, sosial, maupun politik. Dan menjadikan
Islam sebagai hulul (solusi) terhadap berbagai permasalahan hidup.
Menurut Prof. DR. Muhammad Abdul Latif Shalih Al-Furfur bahwa tajdid dalam
Islam datang 100 tahun sekali dan 1000 tahun merupakan tajdid besar, maka
tajdid adalah untuk mengembalikan ummat Islam ini kepangkal jalan sebenar
seperti yang diajarkan Rasulullah, Ibarat sebuah sungai yang panjang dihujung
alirannya airnya keruh padahal sumber mata airnya jernih, maka hendaklah yang
keruh itu dibersihkan agar ia selalu jernih. Beliau juga mengemukakan bahwa
dunia sekarang ini perlu adanya tajdid, beliau berijtihad dengan menggerakkan
kebangkitan Madrah Rabbaniyyah
Al-Mujaddidiyyah Al-Islamiah sedunia, yang berpusat di Malaysia sekarang ini.
iii.
Imamah kaum
Muslimin
Prof DR Muhammad Abdul Latif Shalih Al-Furfur
Al-Hasani dalam buku beliau Ar-Rabbaniyyatu Al-Islamiyyatu Al-Mujaddidiyyatu
Al-`Alamiyyatu, beliau menyerukan sebuah penyatuan Ummat dimana ummat Islam
pada hari ini memerlukan kepada tajdid, maka diantara tajdid yang paling
mendesak sekali adalah feqah tajdid sebuah peradaban, yang mengembalikan kepada
sebuah asal daripada ushul-ushul Islam kubra iaitu Al-Imamah (
kepemimpinan), Prof juga menyatakan maksud daripada Imamah disini bukanlah
pemimpin negara, dan bukanlah juga kepemimpinan faqih, akan tetapi maksud
daripada Imamah menurut beliau adalah kepemimpinan (imam)
keagamaan intelektual, keilmiahan dan dakwah dalam satu wadah, umpama
dalam satu wayar dan dalam satu
helaian kain, ia merupakan imamah para Nabi-nabi dan
para Rasul, sebagai mana firman Allah ta`ala :
وَاجعَلنا لِلمُتَّقينَ إِمامًا ﴿٧٤﴾
Dan
jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertaqwa. ( QS :
Alfurqan 74)
Dan Imamah para
ahli waris mereka sebagaimana firman Allah ta`ala :
وَجَعَلنا مِنهُم أَئِمَّةً يَهدونَ بِأَمرِنا لَمّا صَبَروا ۖ
وَكانوا بِـٔايٰتِنا يوقِنونَ ﴿٢٤﴾
Dan Kami jadikan dari kalangan mereka beberapa
pemimpin, yang membimbing kaum masing-masing kepada hukum ugama Kami, selama
mereka bersikap sabar (dalam menjalankan tugas itu) serta mereka tetap yakin
akan ayat-ayat keterangan Kami. ( QS : As-Sajadah 24)
وَجَعَلنٰهُم أَئِمَّةً يَهدونَ بِأَمرِنا ﴿٧٣﴾
Dan
Kami jadikan mereka ketua-ketua ikutan, yang memimpin (manusia ke jalan yang
benar) dengan perintah Kami. ( QS : Al-Anbiya` 73)
Beliau
juga berpendapat bahwa Imamah merupakan sebuah tajdid yang berterusan dalam
agama Allah tersebut, kerana ia akan selalu di perbaharui, dan inilah satu
jawapan atas segala problem yang ada di
dunia sekarang ini. Dan maksud tajdid dalam pemahaman beliau adalah
mengembalikan seperti di era baginda Rasulullah dengan para sahabatnya.
Diibaratkan sebuah sungai pada dasarnya adalah sebuah mata air yang jernih,
namun apabila dia mengalir yang begitu jauh ia akan keruh, maka tajdid disini
adalah membersihkan sungai-sungai tersebut agar selalu airnya selalu bersih,
dan bukan dengan mengobah mata air itu sendiri. Prof juga merupakan pengasas
bagi Madrasah Rabbaniyyah Mujaddidiyyah Islamiah sedunia, ianya mencukup kepada
madrasah, tazkiyah dan dakwah.
Inilah
yang paling penting pada Abad ini, ummat Islam Ahlisunnah waljama`ah untuk
sa`at ini telah hilang sebuah persatuan, walaupun Aqidah bahagian terdepan
namun dari segi penyatuan telah kalah, kita melihat bagaimana orang-orang Syiah
pada hari ini mereka bersatu bagaikan tubuh yang satu, bagaikan satu kata,
bagaikan satu keluarga, namun ummat Islam Ahli sunnah berpecah-pecah, buktinya
kita melihat kejadian-kejadian yang menimpa Ummat Islam sekarang ini di Mesir,
mana ulama yang harus kita meruju` ? Sheikh Yusuf Al-Qardhawi bersuara lantang
atas rampasan kuasa, petinggi-petinggi Azhar bersama dengan pemerintahan
rampasan kuasa, ulama-ulama salafi pun berpecah, siapa Imam kita yang harus
didengar oleh kedua belah pihak ?
Orang-orang
Ikhanul Muslimin selepas rampasan kuasa juga menolak ajakan Al-Azhar, begitu
juga pihak rampasan kuasa tidak mendengar dan menghirau sama sekali para
penyokong Mursi malah memberikan gelar teroris. Siapa yang akan meleraikan itu
semua ? bukankan Mesir negara Ahlissunnah waljama`ah, banyak pakar-pakar dan
para ulama disitu, kenapa tidak ada penyatuan, bukankah kita belajar pada guru
yang sama baginda Rasulullah, kenapa kita tidak boleh bersatu ?
Jawapannya
adalah kita harus mempunyai Imamah, imamah ini bukanlah kepada negara (
presiden, dan bukanlah juga kepemimpinan faqih dimana kita memperakui bahwa
mazhab yang empat adalah mazhab Ahlisunnah waljama`ah, Syafi`e Maliki Hambali
dan Hanafi, akan tetapi maksud daripada Imamah kepemimpinan (imam)
keagamaan intelektual, keilmiahan dan dakwah, dalam satu wadah dan
satu kata yang harus didengar oleh semua pihak dan semua ummat Islam di muka
bumi ini.
Kita mengambil
contoh yang lain sebahagian kecil konflik yang terjadi di Syiria pada hari ini,
Sheikh Ramadhan Al-Buthi dan sebahagian
ulama-ulama sunni lainnya menyokong Basyar Asad dengan segala upaya mereka
mempertahankan, mulai daripada ceramah dan khutbah-khutbah mereka, mereka juga
menggunakan Dalil dan Al-Quran serta pendapat para ulama-ulama terdahulu, namun
dilain pihak ulama-ulama penentang Basyar pun dikalangan ulama Ahlissunnah
waljama`ah, meraka terus sahaja mengeluarkan fatwa-fatwa membolehkan untuk
melawan Basyar Asad, menghina Basyar dan mengutuk atas tindakannya membunuh
rakyat sendiri, seperti Sheikh Ali
Sabuni, Sheikh Adnah Ar-Ur dan lain-lain, sehingga kita melihat nampak jelas
sekali perbezaan pendapat ulama yang akhirnya
terbunuh ummat Islam yang tidak berdausa, bukankah kedua kelompok ini
adalah ulama Juga, kedua-duanya adalah Ahlisunnah waljama`ah, mana satu yang
harus kita ikut ? Ummat Islam awam pun hanya menonton sahaja, kedua-dua benar.
Atau kedua-duanya salah ? Yang boleh dijadikan Alasan adalah mereka berijtihad
dengan cara masing-masing, barang siapa yang benar maka akan mendapatkan dua
pahala, jika salah akan mendapatkan satu pahala. Namun masalah utamanya
bagaimana mengakiri Konflik Ummat Islam yang seperti ini.
Ini mungkin
berbagai contoh kecil, di tahun-tahun mendatang tentulah kita akan lebih sulit
lagi menghadapi kes-kes yang seperti ini. Apalagi di dunia yang serba
canggih dan teknologi semakin
berkembang. Bagaimana ummat Islam boleh bersatu ? Jawapannya adalah Al-Imamah.
Siapa yang berminat boleh pm FB : Muhammad Kamal Sulaiman
BalasHapushttps://www.facebook.com/itc.mesir