Selasa, 17 September 2013

Kenapa Harus Berhenti Merokok

Alasan Logis, Mengapa Kita Harus Berhenti Merokok?


Ilustrasi. (flickr)
Ilustrasi. (flickr)

dakwatuna.com – Saya melalui tulisan ini ingin berbagi dengan kawan-kawan pembaca yang mungkin adalah seorang perokok. Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi. Saya adalah salah satu remaja yang menjadi bagian dari masyarakat perokok di Indonesia. Kurang lebih selama lima tahun saya memiliki kegiatan menghisap sebatang tembakau, sejak dari SMP sampai kuliah tahun pertama.
Namun, dalam perjalanan hidup saya menemukan di sebuah titik balik, di mana pada titik tersebut saya dipertemukan dengan hidayah-Nya melalui sebuah lingkaran kecil, AAI. Seiring berjalannya waktu, saya menemukan beberapa hal yang meyakinkan saya untuk berhenti merokok.
Kesaksian
Ketika sedang membaca ayat suci Al-Qur’an, tidak sengaja menemukan salah satu firman-Nya, mengenai kesaksian di hari pembalasan kelak. Berikut firman-Nya,
Pada hari, ketika lidah, tangan dan kaki juga menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. An-Nur (24): 24)
Berdasarkan ayat di atas, kelak yang akan menjadi saksi atas perbuatan kita bukan hanya orang-orang yang berhubungan dengan kita. Tapi, seluruh anggota tubuh kita pun juga akan menjadi saksi. Tidak terkecuali dengan organ-organ tubuh bagian dalam, semisal jantung, paru-paru, liver dkk.
Anda tahu, bahwa merokok itu memiliki dampak yang buruk terhadap beberapa organ dalam. Bukankah segala perbuatan yang merusak itu adalah perbuatan zhalim menurut Islam? Karena dalam berjihad di medan perang saja, Islam melarang untuk merusak bangunan, merusak lingkungan (tanaman dkk), dll.
Analoginya, jika dalam medan yang keras, berperang, Islam sudah melarang keras untuk berbuat kerusakan. Apalagi, dalam hal sehari-hari. Perlu kita ketahui bersama, bahwa efek dari merokok itu tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif. Tapi juga lingkungan dan orang di sekitarnya atau perokok pasif.
Gas emisi dari rokok banyak mengandung gas yang bersifat merusak lingkungan, salah satunya CO2. Sehingga rokok juga menyumbang peran dalam global warming. Sedangkan, bagi perokok pasif efek samping yang diterima jauh lebih berbahaya ketimbang perokok pasif. Karena, apa yang diterima oleh perokok pasif adalah “sampah”nya rokok. Rokoknya saja sudah banyak kemudharatannya, apalagi sampahnya. Logisnya seperti itu. Perokok aktif adalah orang yang merokok. Sedangkan, Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok, namun rutin menghirup asap rokok dari perokok aktif.
Barang pinjaman
Hakikatnya, manusia itu tidak memiliki apapun di dunia ini. Semua yang kita miliki di dunia hanyalah pinjaman dari Allah Ta’ala. Dari semacam harta, bahkan orang tua, istri dan anak. Begitu juga dengan tubuh beserta ‘isi’nya. Suatu saat, akan kita kembalikan kepada yang punya.
Jika kita meminjam sesuatu, maka ketika mengembalikannya harus dalam keadaan seperti ketika meminjam. Andaikan kondisinya tidak seperti awal meminjam, pastilah ada konsekuensinya.
Kita analogikan. Anda meminjam laptop kepada saudara Anda. Karena laptopnya masih baru, jadi kondisi laptop saat dipinjam masih bagus dan ‘mulus’. Anda meminjamnya selama satu bulan. Selama masa peminjaman, ada kejadian yang tidak diingankan. Laptopnya mengalami kecelakaan, yakni jatuh dari meja dan mengakibatkan kerusakan pada layar laptop.
Ketika masa peminjamannya habis, dan saudara Anda mengetahui kerusakan yang dialami laptopnya. Maka, saudara Anda menuntut Anda untuk mengganti dengan laptop yang baru, dengan model yang sama.
Setiap manusia lahir ke dunia dalam keadaan yang sehat dan suci. Keadaan normalnya seperti itu. Semua anggota tubuh beserta organ-organ dalamnya pun masih sehat, belum banyak terkontaminasi oleh berbagai zat. Manusia, sebagai peminjam, sudah sepatutnya mengembalikan barang pinjamannya dalam keadaan yang baik pula. Jika misalkan memiliki kelainan, pada saat lahir, minimal kondisinya tidak jauh lebih buruk.
Kurang lebih sama seperti di kasus di atas. Namun, dalam kasus yang kita bicarakan (efek dari rokok), kita meminjamnya dengan Sang Khaliq, Tuhan Yang Mahaadil. Semua perbuatan zhalim, akan dibalas secara adil oleh-Nya. Sesuai dengan firman-Nya:
Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” (QS Az-Zalzalah (99): 8)
So, itulah mengapa kita harus berhenti dari merokok. Meskipun merokok memiliki manfaat, namun kemudharatannya jauh lebih banyak. Perlu ditegaskan, saya tidak mengecap bahwa rokok itu adalah haram. Melalui tulisan ini, saya hanya ingin mengajak sekaligus berbagi bahwa merokok itu tidak bagus bagi kita secara keseluruhan.
Dwi Nur Rahmat

Tentang Dwi Nur Rahmat

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret , Surakarta. Selengkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar