Status Hadis Ramadhan : Keampunan, Rahmat & Bebas Neraka (kemaskini)
Status Hadis Ramadhan : Keampunan,
Rahmat & Bebas Neraka
Ada seorang ustadz yang mengatakan bahwa hadits tentang pembagian Ramadhan menjadi tiga itu dhaif. Padahal hadits itu populer sekali di tengah bulan Ramadhan. Kalau tidak salah bunyinya seperti ini:
Ramadhan itu awalnya adalah rahmat, tengahnya adalah maghfirah (ampunan) dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.
Pertanyaan saya adalah: Benarkah klaim ustadz tersebut? Dan kalau benar, apa status hadits itu? Bagaimana kita mensikapinya.
Demikian terima kasih banyak ustadz
Misyal Nasif
misyalk@yahoo.com
misyalk@yahoo.com
JAWAPAN OLEH Ust. H. Ahmad Sarwat, INDONESIA
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Namun
menarik sekali apa yang disampaikan oleh ustadz yang antum ceritakan
bahwa ternyata menurut beliau hadits itu bermasalah dari sanad dan
kekuatannya jalur periwayatannya. Betulkah?
Kami
berupaya membolak balik beberapa literatur serta tulisan dari para
ulama ahli hadits terkait dengan haditsi ini. Kami menemukan uraian yang
menarik dari seorang ustadz ahli hadits di Indonesia, yaitu Al-Ustadz
Prof. Ali Mustafa Ya'qub, MA.
Menurut
beliau, hadits itu memang bermasalah dari segi periwayatannya.
Sebenarnya hadits ini diriwayatkan tidak hanya lewat satu jalur saja,
namun ada dua jalur. Sayangnya, menurut beliau, kedua jalur itu tetap
saja bermasalah.
Jalur Pertama
Salah satu jalur periwayatan haditsi ini versinya demikian:
أول شهر رمضان رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار
Ertinya : Bulan Ramadhan, awalnya rahmah, tengah-tengahnya maghfirah dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-'Uqaili dalam kitab khusus tentang hadits dha'if yang berjudul Adh-Dhu'afa'.
Juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya Tarikhu
Baghdad. Serta diriwayatkan juga oleh Ibnu Adiy, Ad-Dailami, dan Ibnu
Asakir.
Mereka Yang Mendhaifkan
Adapun para muhaddits yang mempermasalahkan riwayat ini antara lain:
1. Imam As-Suyuthi
Beliau mengatakan bahwa hadits ini dhaif (lemah periwayatannya).
2. Syeikh Al-Albani
Beliau mengatakan bahwa riwayat ini statusnya munkar.
Jadi sebenarnya antara keduanya tidak terjadi pertentangan. Hadits
munkar sebebarnya termasuk ke dalam jajaran hadits dhaif juga. Sebagai
hadits munkar, dia menempati urutan ketiga setelah hadits matruk (semi palsu) dan maudhu' (palsu).
Sementara sanadnya adalah:
1. Sallam bin Sawwar
2. dari Maslamah bin Shalt
3. dari Az-Zuhri
4. dari Abu Salamah
5. dari Abu Hurairah
6. dari nabi SAW
Dari rangkaian para perawi di atas, perawi yang pertama dan kedua bermasalah. Yaitu Sallam bin Sawwar dan Maslamah bin Shalt.
Sallam bin Sawwar disebut oleh Ibnu Ady, seorang kritikus hadits, sebagai munkarul hadits. Sedangkan oleh Imam Ibnu Hibban, dikatakan bahwa haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah (pegangan), kecuali bila ada rawi lain yang meriwayatkan haditsnya. Perkataan Ibnu Hibban ini bisa kita periksa dalam kitab Al-Majruhin.
Sedangkan Maslamah bin Shalt adalah seorang yang matruk, sebagaimana komentar Abu Hatim. Secara etimologis, matruk berarti ditinggalkan. Sedangkan menurut terminologi hadits, hadits matruk adalah hadits yangdalam sanadnya ada rawi yang pendusta. Dan hadits matruk adalah 'adik' dari hadits maudhu' (palsu).
Bezanya,
kalau hadits maudhu' itu perawinya adalah seorang pendusta, sedangkan
hadits matruk itu perawinya sehari-hari sering berdusta. Kira-kira
hadits matruk itu boleh dibilang semi maudhu'.
Kesimpulan
Kesimpulannnya, haditsi ini punya dua gelar.
Pertama, gelarnya adalah hadits munkar karena adanya Sallam bin Sawwar.
Gelar kedua adalah hadits matruk karena adanya Maslamah bin Shalt.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar