PADA 09 Maret 1904 merupakan terjadinya sejarah penting bagi masyarakat Gayo di Kabupaten Gayo Lues dan Alas di Aceh Tenggara. Sebab pada tanggal tersebut, adalah untuk pertama kalinya penjajah dari Belanda memasuki wilayah Gayo Lues untuk menaklukkan Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Sebelum itu, mereka berhasil membuat Sultan Aceh Muhammad Daudsyah menyerah kepada Belanda pada tahun 1903. Setelah itu Gubernur Militer Aceh, Van Heutsz memutuskan untuk menaklukan seluruh Aceh.
Pada saat itu, daerah yang belum takluk adalah daerah Gayo Lues dan Alas. Van Heutsz memerintahkan Van Daalen untuk menaklukkan kedua daerah tersebut. Setelah segala sesuatunya dianggap rampung, Van Daalen mulai menyerang daerah Gayo Lues pada tahun 1904, tepatnya setelah mereka berhasil mengalahkan Gayo Laut, Gayo Deret, Van Daalenpun memasuki daerah Gayo Lues di sebuah kampung yang terpencil yaitu Kampung Kela pada 9 Maret 1904. Dari sinilah daerah Gayo Lues ditaklukkan benteng demi benteng, dimulai dengan menaklukkan Benteng Pasir (16 Maret 1904), Gemuyung (18,19,20 Maret 1904), Durin (22 Maret 1904), Badak (4 April 1904), Rikit Gaib (21 April 1904), Penosan (11 Mei 1904), Tampeng (18 Mei 1904).
Hampir seluruh isi benteng dimusnahkan dan yang luka-luka tertawan akhirnya juga dibunuh. Menurut catatan Keempes dan Zentegraaf (Pengarang Belanda), hampir 4.000 orang rakyat Gayo dan Alas gugur, termasuk pejuang Gayo seperti Aman Linting, Aman Jata, H. Sulaiman, Lebe Jogam, Srikandi Inen Mayak Tri, Dimus dan lain-lain.
Pasukan Belanda yang pergi meninggalkan Gayo Lues ke Tanah Alas kembali lagi pada tahun 1905 untuk menyusun Pemerintahan. Untuk Gayo dan Alas dibentuk Pemerintahan Sipil yang disebut Onder Afdeling (Kabupaten). Onder Afdeling Gayo Lues membawahi tiga daerah yang disebut Landschap (Kecamatan), yaitu; Landschaap Gayo Lues di Blang Kejeren dikepalai oleh Aman Safii, Batu Mbulan dikepalai oleh Berakan, dan Landschaap Bambel dikepalai oleh Syahiddin.
Sejak 1905-1942 Tanah Alas tunduk ke Gayo Lues. Tahun 1926 terjadi pemberontakan rakyat terhadap Belanda di Blangkejeren yang dipimpin oleh Muhammad Din, pemberontakan gagal atau dapat dipadamkan oleh Belanda hingga akhirnya Muhammad Din dibuang ke Boven Digul (Irian). Sedangkan kawan-kawannya yang lain dibuang ke sejumlah daerah di Cilacap, Sukamiskin dan Madura. (Sumber:http://www.kemendagri.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar