Selasa, 15 Juli 2014

CERAMAH RAMADHAN

Ceramah Ramadhan 2014: Merespon Perintah Puasa

Diposkan oleh Bersama Dakwah pada Sabtu, 28 Juni 2014 | 07.11 WIB

Merespon perintah puasa (ilustrasi Ceramah Ramadhan 2014)
Untuk bahan Ceramah Ramadhan 2014 (1435 H) malam pertama ini, bersamadakwah.com menyediakan tema "Merespon Perintah Puasa." Semoga bermanfaat.
***

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah…
Bagaimana jika hari ini ada seorang Capres yang bertamu ke rumah kita? Mungkin kita akan menyiapkan banyak hal untuk menyambutnya. Disertai  kegembiraan dan rasa bangga, karena ia kita anggap tamu istimewa.

Malam ini, Ramadhan telah datang kepada kita, dan Ramadhan jauh lebih istimewa daripada Capres manapun. Bagaimana kedudukan Ramadhan bagi kita dan bagaimana kualitas keimanan kita, sesungguhnya bisa kita lihat dari bagaimana respon kita terhadap Ramadhan, khususnya perintah puasa yang membersamainya.

Puasa Umat Terdahulu
Satu amalan khusus pada Ramadhan yang tidak dijumpai pada bulan-bulan lainnya adalah puasa Ramadhan. Karenanya Ramadhan juga disebut sebagai Syahrush Shiyam.

Kaum muslimin rahimakumullah…
Ternyata perintah puasa tidak hanya ada untuk umat Islam. Jauh sebelum Rasulullah menerima wahyu, umat-umat terdahulu juga mendapatkan perintah yang sama. Inilah yang kita dapati dalam Al-Qur'an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah : 183)

Nabi Adam as. setelah diturunkan dari surga bertaubat kepada Allah swt dan berpuasa selama tiga hari setiap bulan. Itulah yang kemudian dikenal dengan puasa ayyamul bidh yang sunah untuk dikerjakan pada setiap tanggal 13, 14 dan 15 hijriyah setiap bulan. Nabi Daud as juga melaksanakan puasa. Puasanya bahkan lebih berat lagi; yakni satu hari puasa dan satu hari berbuka. Inilah yang kemudian kita kenal dengan puasa Daud, sunnah hukumnya bagi umat Muhammad. Dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi menyebutkan bahwa Allah telah mewajibkan puasa kepada Yahudi selama 40 hari, sedangkan kepada umat nabi Isa selama 50 hari.

Hukum Puasa Ramadhan
Ikhwani wa akhwati fillah…
Saat mengetengahkan pembahasan tentang puasa dalam Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq membukanya dengan menerangkan definisi puasa. Yang secara umum berarti menahan. "Sedangkan maksud menurut istilah" kata beliau "Puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat".

Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, dan Ijma'. Ia mulai diwajibkan pada hari Senin tanggal 1 Sya'ban tahun kedua hijriah.

Dalil Al-Qur'an mengenai wajibnya puasa Ramadhan adalah firman Allah SWT :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah : 183)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Krena itu, barang siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah…" (QS. Al-Baqarah : 185)

Adapun dalil dari Sunnah adalah sabda Rasulullah SAW :

بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان

Islam dibangun di atas lima perkara : bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan (HR. Bukhari Muslim)

Respon Mukmin terhadap Perintah Allah
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah…
Setelah mengetahui suatu perintah dari Allah SWT, khususnya kewajiban puasa Ramadhan, bagaimanakan respon kita sebagai orang mukmin?

Jika orang Yahudi dan Nasrani telah mengubah waktu puasa sesuai keinginan mereka, sehingga saat puasa bertepatan dengan musim panas mereka menundanya hingga datang musim bunga. Dan Allah kemudian mengabadikan sindiran atas mereka dalam firman-Nya

إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah… (QS. At-Taubah : 37)

Jika Yahudi dan Nasrani merespon perintah Allah dengan pengkhianatan dan pendurhakaan, maka respon kaum mukminin berbeda secara diametral dengan mereka. Gambaran kaum mukminin adalah seperti firman Allah SWT :

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (QS. Al-Ahzab : 36)

Maka, marilah kita bersama menunaikan ibadah puasa Ramadhan yang jatuh mulai besok pagi sebagai respon kita terhadap perintah Allah SWT.

Keutamaan Ramadhan
Kaum muslimin yang berbahagia,
Ramadhan yang hadir sejak malam ini sampai satu bulan penuh merupakan bulan istimewa yang memiliki berbagai keutamaan.

Pertama, pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Rasulullah SAW bersabda :

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ

Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakam pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka (HR. Ahmad)

Kedua, terdapat lailatul qadar di dalamnya. Kelanjutan hadits di atas berbunyi :

وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang/terjauhkan (dari kebaikan) (HR. Ahmad)

Ketiga, penghapus dosa dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya

الصلوات الخمس والجمعة إلى الجمعة ورمضان إلى رمضان مكفرات ما بينهن إذا اجتنب الكبائر

Shalat lima waktu, antara shalat Jum'at ke Shalat Jum'at dan Ramadhan ke Ramadhan penghapus dosa diantara kesuanya, jika dijauhi dosa-dosa besar. (HR. Muslim)

Keempat, puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala penghapus dosa yang telah lalu.

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih)

Mari Ikhlaskan Niat
Karenanya, wahai saudaraku kaum muslimin…
Mari kita ikhlaskan niat kita sejak malam ini. Kita bulatkan tekad kita untuk berpuasa pada esok hari semata-mata karena Allah SWT. Kita azzamkan diri kita untuk mengoptimalkan Ramadhan ini sebaik-baiknya. Kita perlu untuk senantiasa memeriksa hati kita, sehingga niat kita betul-betul karena Allah, bukan karena yang lainnya.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus... (QS. Al-Bayyinah : 5)

Rasulullah juga mewanti-wanti umatnya agar tetap berada dalam keikhlasan, karena tanpa keikhlasan, ibadah apapun yang dilakukan seseorang tidak akan diterima Allah SWT.

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya, barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya menuju apa yang ia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallaahu a'lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar