Balasan bagi orang yang tidak bersyukur
Oleh : Muhammad Kamal Sulaiman al-Mujaddidy
Maksud hati ingin kulit mulus dan lembut, tetapi yang diperoleh justru wajah rusak parah secara permanen. Itulah yang dialami perempuan mantan model dari Korea bernama Hang Mioku ini.
Hang jadi pecandu operasi plastik. Ia menyuntikkan minyak goreng ke wajahnya ketika dokter menolak untuk memberikan silikon lagi buat dia. Wajahnya pun jadi berantakan setelah perawatan kecantikan yang dia lakukan sendiri.
Setelah menyuntik habis sebotol silikon dari pasar gelap ke wajahnya, Hang terpaksa menggunakan minyak goreng yang menyebabkan wajahnya jadi sangat bengkak dan terluka. Kondisinya ditampilkan di televisi Korea dan pemirsa yang merasa iba menyumbangkan ribuan dollar untuk membiayai operasi perbaikan wajahnya.
Dalam operasi pertama dari 10 kali operasi, para ahli bedah telah menyingkirkan 60 gram silikon, minyak, dan zat asing lain dari wajahnya serta 200 gram dari lehernya. Namun, wajah Hang masih rusak dan dia bilang bahwa dia ingin memiliki wajahnya yang dulu.
Hang yang kini berusia 48 tahun menjalani operasi plastik pertama pada usia 28 tahun. Setelah itu ia pindah ke Jepang, di mana ia mengulangi sejumlah operasi. Dia menjadi terobsesi untuk memiliki kulit yang halus dan lembut.
Para dokter akhirnya menolak untuk melakukan operasi lebih lanjut terhadapnya setelah wajahnya tampak membesar. Namun, dia berhasil mendapatkan sebotol silikon dan sebuah jarum suntik dari seorang dokter Korea untuk disuntikkannya sendiri. Ketika persediaan silikonnya habis, dia terpaksa menggunakan minyak goreng.
Serangkaian operasi itu telah membuat wajahnya sedemikian berubah. Ketika ia kembali ke Korea, orangtuanya sendiri bahkan tidak mengenalinya. Anak-anak di sekitar tempat tinggalnya memanggil dia "kipas angin berdiri" karena wajahnya begitu besar dibandingkan dengan tubuh mungilnya.
Sejumlah operasi yang dibiayai dengan dana bantuan telah berhasil mengurangi ukuran wajah dan lehernya, tetapi wajahnya masih rusak secara signifikan. Belum lama ini mantan model itu bekerja di sebuah toko pakaian daur ulang yang bernama The Beautiful Shop dan menerima bantuan dari negara.
Marilah kita
terus bersyukur ke hadrat Allah Subhanahuwata’ala kerana kita terpilih menjadi
orang-orang yang beriman di tengah-tengah majoriti masyara’at dunia yang tidak
beriman kepada Allah Subhanahuwata’ala.
الحمد لله الذى هدانا لهذا وما كنا
لنهتدي لولا أن هدانا الله
Puji-pujian
dirafa’kan kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberi hidayah kepada kita
ke jalan ini (jalan iman atau jalan Islam).
Sebenarnya
kita tidak akan mendapat hidayah itu sekiranya tidak dikurniakan oleh Allah
Subhanahuwata’ala.
Hakikatnya,
ni’mat Allah Subhanahuwata’ala ke atas kita tidak terhitung banyaknya. Allah
Subhanahuwata’ala telah tegaskan di dalam al-Quran ayat 34 Surah Ibrahim:
“Jika kamu
menghitung ni’mat Allah, nescaya kamu tidak dapat (tidak mampu) menghitungnya.
“
Oleh itu
wajarlah kita sentiasa bersyukur ke hadrat Allah Subhanahuwata’ala. Ustaz
Muhammad Syadid di dalam kitabnya: منهج القرءان في
التربية menjelaskan bahawa
kepekaan yang berterusan terhadap ni’mat-ni’mat Allah dan kurniaan-Nya, akan
menyuburkan lagi rasa cinta kepada Allah Subhanahuwata’ala dan mengangkat jiwa
kepada maqam (martabat) syukur.
Bersyukur
kepada Allah atas segala ni’matNya tidak hanya sekadar dengan ucapan lisan
‘Alhamdulillah’ (الحمد لله), bahkan bersyukur dalam bentuk amali dan praktikallah yang
membuktikan seseorang itu bersyukur ke hadrat Allah Subhanahuwata’ala.
Ni’mat Allah
Subhanahuwata’ala sangat banyak:
- Pancaindera dan anggota tubuh badan adalah ni’mat Allah Subhanahuwata’ala. Apabila digunakan dan dimanafaatkan pancaindera dan anggota-anggota badan itu pada perkara-perkara, kerja-kerja dan aktiviti-aktiviti yang diredhai oleh Allah Subhanahuwata’ala maka seseorang itu dikira telah bersyukur kepada Allah Subhanahuwata’ala.
- Aqal yang baik lagi waras adalah ni’mat Allah Subhanahuwata’ala. Apabila aqal itu digunakan dan dimanafaatkan untuk memahami kitab Allah dan din Allah (دين الله), juga berfikir terhadap ni’mat dan kejadian-kejadian ciptaan Allah Subhanahuwata’ala, maka ia termasuk di dalam ertikata bersyukur ke hadrat Allah Subhanahuwata’ala.
- Hartabenda dan wang ringgit adalah ni’mat Allah Subhanahuwata’ala. Apabila hartabenda itu diinfaqkan dan dibelanjakan pada Jalan Allah ( فى سبيل الله ) atau di dalam batas-batas syara’ atau pada perkara-perkara yang dihalalkan oleh syara’ maka ia juga dinamakan bersyukur ke hadrat Allah Subhanahuwata’ala.
- Ilmu pengetahuan, kemahiran dan kepakaran adalah ni’mat Allah Subhanahuwata’ala. Apabila dimanafaatkan untuk kebaikan diri dan disebarkan, dikembangkan dan disampaikan untuk kebaikan ummah, maka ia juga dikira bersyukur ke hadrat Allah Subhanahuwata’ala.
Ni’mat yang
paling besar
Sesungguhnya
ni’mat Allah itu amat banyak dan tidak termampu kita menghitungnya satu
persatu.
Namun,
sewajarnya kita menyedari bahawa ni’mat Allah yang paling besar ialah ni’mat
iman, ni’mat Islam (نعمة إيمان – نعمة إسلام). Atau dengan kata lain: ni’mat kita
mendapat Hidayah Allah Subhanahuwata’ala. Maka tanda kesyukuran kita kepada
Allah Subhanahuwata’ala yang telah mengurniakan ni’mat agung itu, hendaklah
kita benar-benar beriman dan menerima din Islam seluruhnya tanpa sebarang penolakan.
Firman Allah
Subhanahuwata’ala dalam ayat 208 Surah al Baqarah :
“Wahai
orang-orang yang beriman masuklah (anutlah) Islam seluruhnya dan janganlah kamu
mengikut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kamu
yang nyata (musuh ketat terhadap manusia). “
Islam: din
yang sempurna dan selamat
Islam adalah
din Allah Subhanahuwata’ala yang sempurna meliputi peraturan-peraturan, aqidah,
ibadah, akhlaq dan apa jua yang menyentuh kehidupan manusia dan alam
seluruhnya. Ini kerana Islam diturunkan oleh Allah Subhanahuwata’ala untuk
manusia dan alam seluruhnya. Allah Maha Mengetahui apakah jalan hidup yang baik
dan selamat untuk makhluk-Nya di dunia dan akhirat nanti.
Oleh itu
kita sewajibnya bersyukur ke hadrat Allah Subhanahuwata’ala kerana kita
terpilih untuk beriman dan menerima din Allah, yakni din Islam yang dibawa oleh
para rasul dan rasul yang terakhir ialah Rasulullah Nabi Muhammad
Sallallahu’alaihiwasallam, dimana Islam itu disempurnakan pada zaman kerasulan
Nabi Muhammad Sallallahu’alaihiwasallam berdasarkan kepada ayat 3 Surah al
Maaidah :
“Pada hari
ini (hari diturunkan ayat ini, di ‘arafah pada masa Nabi Muhammad
Sallallahu’alaihiwasallam mengerjakan hajjatul wida’ (حجة
الوداع) tahun 10 Hijrah ). Aku
telah sempurnakan bagi kamu din kamu dan Aku telah sempurnakan atas kamu
ni’mat-Ku dan Aku redhalah Islam itu sebagai din kamu“
Penentu
kebenaran
Walaupun
Islam itu din Allah dan diberi jaminan selamat dunia dan akhirat oleh Allah
Subhanahuwata’ala kepada sesiapa yang benar-benar menganutnya, tetapi majoriti
manusia dan umat di dunia ini tidak menerimanya, bahkan menentangnya. Dan telah
ternyata buktinya di dalam sejarah bahawa kebanyakan manusia menentang dan
menolak ajaran Allah Subhanahuwata’ala yang telah dibawa oleh para Rasul sehingga
ada sebilangan nabi dan rasul yang dibunuh seperti Nabi Zakaria ‘Alaihissalam
dan Nabi Yahya ‘Alaihissalam.
Mereka
dibunuh oleh orang-orang Yahudi, bahkan, Nabi Muhammad
Sallallahu’alaihiwasallam sendiri sudah dikepung di rumah baginda oleh masyara’at
Arab Quraisy untuk membunuh baginda. Namun ia tidak diizinkan oleh Allah
Subhanahuwata’ala, yang mana akhirnya berlakulah peristiwa Hijrah Rasulullah
Sallallahu’alaihiwasallam dari Makkah ke Kota Madinah (Yathrib) seperti yang
terakam di dalam sirah Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam.
Satu
persoalan, apakah penentu kebenaran itu berdasarkan bilangan sokongan? (ramai
orang menyokong atau tidak ada orang menyokong?). Sebenarnya penentuan
kebenaran (الحق) bukanlah ditentukan oleh manusia tetapi ditentukan oleh Allah
Subhanahuwata’ala berdasarkan ayat 147 Surah al Baqarah:
“Kebenaran
itu datangnya daripada Allah (Pencipta, Pemilik, Penjaga kamu ), maka janganlah
sekali-kali kamu termasuk di dalam golongan orang-orang yang ragu.”
Juga
didasarkan kepada Qaedah Syara’ :
الحسن ما حسنه الشرع والقبيح ما قبحه
الشرع
Perkara yang
baik ialah apa yang dihukum baik oleh syara’ (oleh Allah) dan perkara yang
buruk ialah apa yang dihukum buruk oleh syara’ (oleh Allah).
Oleh itu
apabila terdapat percanggahan antara apa-apa yang ditetapkan oleh syara’ (oleh
Allah) dengan penilaian manusia yang mengikut hawanafsu, maka mestilah diambil
pakai apa-apa yang ditentukan/dihukumkan oleh syara’. Barulah tepat dengan
pengakuan-pengakuan kita: kita hamba Allah, kita penganut Islam, kita orang
yang beriman, Kita ahlussunnah wal jama’ah (أهل السنة
والجماعة), kita generasi
rabani dan lain-lain pengakuan yang bersifat Islam.
Marilah
sama-sama kita bina keyakinan diri kita yang tidak berbelah bahagi kepada din
Allah (din Islam) dan marilah sama-sama kita berusaha dengan penuh rasa taqwa
dan bertanggungjawab kepada Allah Subhanahuwata’ala bagi meletakkan kembali
Islam dalam kehidupan masyara’at, setelah ia terabai atau diabaikan oleh
majoriti manusia.
Semoga kita
– dengan izin Allah Subhanahuwata’ala – dapat berkongsi pahala dan ganjaran
baik di sisi Allah Subhanahuwata’ala dalam ayat 22 Surah Luqman.
“Sesiapa
yang menyerah dirinya kepada Allah (dengan penuh keikhlasan), sedang ia
berusaha melaksanakan kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
simpulan tali (din Islam) yang kukuh. Dan (ingatlah) kepada Allah tempat
kembali (kesudahan) segala urusan.”
Bersyukur
dan Berdoalah
Jika Anda
mendapatkan nikmat / kebaikan / anugerah / petunjuk maka bersyukur dan berdoalah…
contoh agar lebih jelas:
Jika Anda ditakdirkan Allah Ta’ala untuk:
1. Menjadi seorang muslim
2. Atau menjadi seorang yang mempunyai andil dalam penyebaran agama Islam
3. atau mudah menjalankan ibadah
4. atau mudah menjauhi maksiat…
maka bersyukur dan berdoalah…!!!
contoh agar lebih jelas:
Jika Anda ditakdirkan Allah Ta’ala untuk:
1. Menjadi seorang muslim
2. Atau menjadi seorang yang mempunyai andil dalam penyebaran agama Islam
3. atau mudah menjalankan ibadah
4. atau mudah menjauhi maksiat…
maka bersyukur dan berdoalah…!!!
Bersyukur
karena tidak semua orang ditakdirkan mendapatkan itu dan agar kita menjadi
tidak sombong atas apa yang kita dapatkan.
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Artinya: “maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. QS. An Naml:19.
Berdoa…karena
kita tidak mengetahui dalam keadaan bagaimanakah diri kita diwafatkan oleh
Allah Ta’ala?Apakah dalam keadaan baik atau tidak? padahal yang menjadi ukuran
adalah keadaan akhir seseorang ketika dicabut nyawanya oleh Allah Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
Artinya: “Sesungguhnya amalan-amalan sesuai dengan akhirnya.” HR. Bukhari.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
Artinya: “Sesungguhnya amalan-amalan sesuai dengan akhirnya.” HR. Bukhari.
(tertulis
ketika melihat saudaraku-saudaraku yang begitu gigih menyebarkan Islam di
Kendari Sulawesi Tenggara, jazahumullah khairan).
Give thanks
and pray if you get favours/favors/gift/clue then give thanks and pray … an
example to make it more clear: If you’re destined to Allah Ta’ala: 1. be a
muslim 2. Or be a who has contributed to the spread of the Islamic religion 3.
or easily running 4 worship. or easily away from immoral … then give thanks and
pray …!!!Thankful because not everyone is destined to get it and that we be not
proud for what we get.
Allah Ta’ala says: فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ meaning: “then she smiled and laughed because (hear) the word Ant. And he prayed: “o my Lord, give me the inspiration to keep Thy favour thanks to you have granted to me and to my father’s mother and two men to exercise pious charity which thou ridhai; and, admit me by your grace into the thy servants the pious “. QS. An Naml: 19.
Allah Ta’ala says: فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ meaning: “then she smiled and laughed because (hear) the word Ant. And he prayed: “o my Lord, give me the inspiration to keep Thy favour thanks to you have granted to me and to my father’s mother and two men to exercise pious charity which thou ridhai; and, admit me by your grace into the thy servants the pious “. QS. An Naml: 19.
Praying …
because we do not know how we are in a State of diwafatkan by Allah Ta’ala?Is
it in good condition or not? but the size is the final State of someone when he
was lifted by Allah Ta’ala.
The Messenger of Allaah ‘ alaihi wasallam said: وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ meaning: “Verily the practices according to the end.” Narrated By Al-Bukhari.
The Messenger of Allaah ‘ alaihi wasallam said: وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ meaning: “Verily the practices according to the end.” Narrated By Al-Bukhari.
Bersyukur
yang amat besar adalah : Besyukur dengan Nikmat ALlah
Bersyukur
kepada orang tua.
Bersyukur
dengan adanya Orang `alim apa lagi seorang Muryid yang kamil mukammil (
sempurna lagi menyempurnakan.
Harta
Kesehatan
Dan ingat
lima perkara sebelum lima perkara
1- Hidup
sebelum matimu
2- Kaya sebelum
miskinmu
3- Muda sebelum
tuamu
4- Sehat sebelum
sakit
5- Lapang sebelum
sempit.
Muhammad
Kamal Sulaiman al-Mujaddidy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar