Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
*
Peringatan: kitab ini masih dalam semakan. Jika terdapat sebarang pembetulan,
dari segi
ayat
dan nama perawi hadis, sila maklumkan kepada kami untuk di buat pembetulan.
Sekian
terima kasih.
Kandungan
RIYADHUS
SHALIHIN
1
|
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
25 Perintah Menunaikan Amanat
26 Keharamannya Menganiaya Dan Perintah Mengembalikan Apa-apa Yang
Dari
Hasil Penganiayaan
27 Mengagungkan Kehormatan-kehormatan Kaum Muslimin Dan Uraian
Tentang
Hak-hak Mereka Serta Kasih-sayang Dan Belas-kasihan Kepada
Mereka
28 Menutupi Cela-cela Kaum Muslimin Dan Melarang Untuk Menyiar-
nyiarkannya
Tanpa Adanya Dharurat
29 Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin
130
135
141
149
150
Bab
30
Syafaat
152
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
31 Mendamaikan Antara Para
Manusia
32 Keutamaan Kelemahan Kaum
Muslimin. Kaum Fakir Dan Orang-orang
Yang
Tidak Masyhur
33 Bersikap Lemah-lembut Kepada
Anak Yatim. Anak-anak Perempuan Dan
Orang
Lemah Yang Lain-lain. Kaum Fakir Miskin, Orang-orang Cacat,
Berbuat
Baik Kepada Mercka, Mengasihi, Merendahkan
Diri Serta
Bersikap
Merendah Kepada Mereka
34 Berwasiat Kepada Kaum Wanita
35 Hak Suami Atas Isteri (Yang
Wajib Dipenuhi Oleh Isteri)
36 Memberikan Nafkah Kepada Para
Keluarga
37 Memberikan Nafkah Dari Sesuatu
Yang Disukai Dan Dari Sesuatu Yang
Baik
38 Kewajiban Memerintah Keluarga
Dan Anak-anak Yang Sudah Tamyiz,
Juga
Semua Orang Yang Dalam Lingkungan Penjagaannya, Supaya Taat
Kepada
Allah Ta'aia Dan Melarang Mereka Dari Menyalahinya, Harus,
Pula
Mendidik Mereka Dan Mencegah Mereka Dari Melakukan Apa-apa
Yang
Dilarang
39 Hak Tetangga Dan Berwasiat Dengannya
40 Berbakti Kepada Kedua Orangtua Dan Mempererat Keluarga
41 Keharamannya Berani - Kepada Orangtua - Dan Memutuskan Ikatan
Kekeluargaan
42 Keutamaan Berbakti Kepada Kawan-kawan Ayah, Ibu, Kerabat, Isteri
Dan
Lain-lain
Orang Yang Sunnah Dimuliakan
43 Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah s.a.w. Dan Menerangkan
Keutamaan
Mereka
44 Memuliakan Alim Ulama, Orang-orang Tua, Ahli Keutamaan Dan
Mendahulukan
Mereka Atas Lain-lainnya, Meninggikan Kedudukan
Mereka
Serta Menampakkan Martabat Mereka
45 Berziarah Kepada Para Ahli Kebaikan, Duduk-duduk Dengan Mereka,
Mengawani Mereka, Mencintai Mereka, Meminta Mereka Supaya
Berziarah
Ke
Tempat Kita, Meminta Doa Dari Mereka Serta Berziarah Ke Tempat-
tempat
Yang Utama
46 Keutamaan Mencintai Kerana
Allah Dan Menganjurkan Sikap Sedemikian,
Juga
Memberitahukannya Seseorang Kepada Orang Yang Dicintainya
Bahwa Ia
Mencintainya Dan Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang
Diberitahu
Sedemikian Itu
47 Tanda-tanda Kecintaan Allah
Kepada Seseorang Hamba Dan Anjuran
153
154
159
164
169
172
174
175
177
180
188
190
192
195
199
205
208
Untuk
Berakhlak Sedemikian Serta Berusaha Menghasilkannya
2
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
3
|
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
4
|
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
5
|
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
6
|
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
Bab 1
Keikhlasan
Dan Menghadhirkan Niat Dalam Segala Perbuatan,
Ucapan
Dan Keadaan Yang Nyata Dan Yang Samar
Allah
Ta'ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾
"Dan
tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya sama menyembah Allah, dengan
tulus
ikhlas menjalankan agama untuk-Nya semata-mata, berdiri turus dan menegakkan
shalat serta
menunaikan
zakat dan yang sedemikian itulah agama yang benar." (al-Bayyinah: 5)
Allah
Ta'ala berfirman pula:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا
دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ
لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
"Samasekali tidak akan sampai kepada Allah
daging-daging dan darah-darah binatang kurban
itu,
tetapi akan sampailah padaNya ketaqwaan dan engkau sekalian." 1 (al-Haj: 37)
Allah
Ta'ala berfirman pula:
قُلْ إِن تُخْفُواْ مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ
اللّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Katakanlah
- wahai Muhammad 2,sekalipun
engkau semua sembunyikan apa-apa yang ada di
dalam hatimu
ataupun engkau sekalian tampakkan, pasti diketahui juga oleh Allah." (ali-lmran: 29)
وعن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب بن نفيل بن
عبد العزى بن رياح بن عبد
الله بن قرط بن رزاح بن عدي بن كعب بن لؤي بن غالب
القرشي العدوي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : [ إنما
الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى . فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته
إلى الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر
إليه ] متفق على صحته . رواه إماما المحدثين : أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن
إبراهيم بن المغيرة بن بردزبه الجعفي البخاري وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم
القشيري النيسابوري رضي الله عنهما في كتابيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة
1. Dari
Amirul mu'minin Abu Hafs yaitu Umar bin Al-khaththab bin Nufail bin Abdul
'Uzza
bin Riah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin 'Adi bin Ka'ab bin Luai bin
Ghalib al-
Qurasyi
al-'Adawi r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda 3:
"Hanyasanya
semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan hanyasanya bagi
setiap
orang itu apa yang telah menjadi niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya itu
kepada Allah
dan RasulNya, maka hijrahnya itupun kepada Allah dan
RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya
itu
untuk harta dunia yang hendak diperolehinya, ataupun untuk seorang wanita yang
hendak
dikawininya,
maka hijrahnyapun kepada sesuatu yang dimaksud dalam hijrahnya itu."
(Muttafaq
(disepakati) atas keshahihannya Hadis ini)
Diriwayatkan
oleh dua orang imam ahli Hadis yaitu Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail
bin Ibrahim bin Almughirah bin Bardizbah Alju'fi Albukhari, - lazim disingkat
dengan
Bukhari
saja -dan Abulhusain Muslim bin Alhajjaj bin Muslim Alqusyairi Annaisaburi, -
lazim
disingkat dengan Muslim saja - radhiallahu 'anhuma dalam kedua kitab masing-
masing
yang keduanya itu adalah seshahih-shahihnya kitab Hadis yang dikarangkan.
Keterangan:
1
Orang-orang di zaman Jahiliyah dulu jika
menginginkan atau mengharapkan keridhaan Tuhan, mereka
sembelihlah
unta sebagai kurban, lalu darah unta itu disapukan pada dinding Baitullah atau
Ka'bah. Kaum
Muslimin
hendak meniru perbualan mereka itu, lalu turunlah ayat sebagaimana di atas.
2
Semua uraian yang tertera antara -.... - adalah
tambahan terjemahan dari kami sendiri untuk memudahkan
pengertiannya
dan gampang memahamkannya. Harap Maklum
3
Saidina Umar bin Khaththab r.a. itu adalah seorang
khalifah dari golongan Rasyidin yang pertama kali
menggunakan
sebutan Amirul mu'minin pemimpin sekalian kaum mu'minin. Beliau adalah khalifah
kedua
sepeninggal
Rasulullah s.a.w. Panggilan Amirul mu'minin itu lalu dicontoh dan diteruskan
oleh khalifah Usman
dan Ali
radhiallahu 'anhuma, juga oleh para khalifah Bani Umayyah, Bani Abbas dan
selanjutnya. Jadi di zaman
khalifah
Abu Bakar sebutan di atas belum digunakan. Adapun Abu Hafs itu adalah gelar
kehormatan bagi
Sayidina
Umar r.a. Abu artinya bapak, sedang hafs artinya singa. Beliau r.a. memperoleh
gelar Bapak Singa,
sebab
memang terkenal berani dalam segala hal, seperti dalam menghadapi musuh di
medan perang, dalam
menegakkan
keadilan di antara seluruh rakyatnya dan tanpa pandang bulu dalam meneterapkan
hukuman
kepada
siapapun. Ringkasnya yang salah pasti ditindak dengan keras, sedang yang
teraniaya dibela dan
dilindungi.
7
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
Hadis
di atas adalah berhubungan erat dengan persoalan niat. Rasulullah s.a.w.
menyabdakannya
itu ialah kerana di antara para sahabat Nabi s.a.w. sewaktu mengikuti
untuk
berhijrah dari Makkah ke Madinah, semata-mata sebab terpikat oleh seorang
wanita
yakni
Ummu Qais. Beliau s.a.w. mengetahui maksud orang itu, lalu bersabda sebagaimana
di
atas.
Oleh
kerana orang itu memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan maksud
yang
terkandung dalam hatinya, meskipun sedemikian itu boleh saja, tetapi sebenarnya
tidak
patut
sekali sebab saat itu sedang dalam suasana yang amat genting dan rumit, maka
ditegurlah
secara terang-terangan oleh Rasulullah s.a.w.
Bayangkanlah,
betapa anehnya orang yang berhijrah dengan tujuan memburu wanita
yang
ingin dikawin, sedang sahabat beliau s.a.w. yang lain-lain dengan tujuan
menghindarkan
diri dari amarah kaum kafir dan musyrik yang masih tetap berkuasa di
Makkah,
hanya untuk kepentingan penyebaran agama dan keluhuran Kalimatullah.
Bukankah
tingkah-laku manusia sedemikian itu tidak patut sama-sekali.
Jadi
oleh sebab niatnya sudah keliru, maka pahala hijrahnyapun kosong. Lain sekali
dengan
sahabat-sahabat beliau s.a.w. yang dengan keikhlasan hati bersusah payah
menempuh
jarak yang demikian jauhnya untuk menyelamatkan keyakinan kalbunya,
pahalanyapun
besar sekali kerana hijrahnya memang dimaksudkan untuk mengharapkan
keridhaan
Allah dan RasulNya. Sekalipun datangnya Hadis itu mula-mula tertuju pada
manusia
yang salah niatnya ketika ia mengikuti hijrah, tetapi sifatnya adalah umum.
Para
imam
mujtahidin berpendapat bahwa sesuatu amal itu dapat sah dan diterima serta dapat
dianggap
sempurna apabila disertai niat. Niat itu ialah sengaja yang disembunyikan dalam
hati,
ialah seperti ketika mengambil air sembahyang atau wudhu', mandi shalat dan
lain-lain
sebagainya.
Perlu
pula kita maklumi bahwa barangsiapa berniat mengerjakan suatu amalan yang
bersangkutan
dengan ketaatan kepada Allah ia mendapatkan pahala. Demikian pula jikalau
seseorang
itu berniat hendak melakukan sesuatu yang baik, tetapi tidak jadi dilakukan,
maka
dalam
hal ini orang itupun tetap juga menerima pahala. Ini berdasarkan Hadis yang
berbunyi:
"Niat
seseorang itu lebih baik daripada amalannya."
Maksudnya: Berniatkan sesuatu yang tidak
jadi dilakukan sebab adanya halangan yang
tidak
dapat dihindarkan itu adalah lebih baik daripada sesuatu kelakuan yang benar-benar
dilaksanakan,
tetapi tanpa disertai niat apa-apa.
Hanya
saja dalam menetapkan wajibnya niat atau tidaknya,agar amalan itu menjadi
sah,
maka ada perselisihan pendapat para imam mujtahidin. Imam-imam Syafi'i,Maliki
dan
Hanbali
mewaibkan niat itu dalam segala amalan, baik yang berupa wasilah yakni
perantaraan
seperti wudhu', tayammum dan mandi wajib, atau dalam amalan yang berupa
maqshad
(tujuan) seperti shalat, puasa, zakat, haji dan umrah. Tetapi imam Hanafi hanya
mewajibkan
adanya niat itu dalam amalan yang berupa maqshad atau tujuan saja sedang
dalam
amalan yang berupa wasilah atau perantaraan tidak diwajibkan dan sudah dianggap
sah.
Adapun
dalam amalan yang berdiri sendiri, maka semua imam mujtahidin
sependapat
tidak perlunya niat itu, misalnya dalam membaca al-Quran, menghilangkan najis
dan
lain-lain.
Selanjutnya
dalam amalan yang hukumnya mubah atau jawaz (yakni yang boleh
dilakukan
dan boleh pula tidak), seperti makan-minum, maka jika disertai niat agar kuat
beribadat
serta bertaqwa kepada Allah atau agar kuat bekerja untuk bekal dalam melakukan
ibadat
bagi dirinya sendiri dan keluarganya, tentulah amalan tersebut mendapat pahala,
8
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
sedangkan
kalau tidak disertai niat apa-apa, misalnya hanya supaya kenyang saja, maka
kosonglah
pahalanya.
وعن أم المؤمنين أم عبد الله عائشة رضي الله عنها قالت
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : [ يغزو جيش الكعبة فإذا كانوا ببيداء من
الأرض يخسف بأولهم وآخرهم ] قالت قلت : يا رسول الله كيف يخسف بأولهم وآخرهم وفيهم
أسواقهم ومن ليس منهم ؟ قال : [ يخسف بأولهم وآخرهم ثم يبعثون على نياتهم ] متفق
عليه . هذا لفظ البخاري
2. Dari
Ummul mu'minin yaitu ibunya - sebenarnya adalah bibinya - Abdullah yakni
Aisyah
radhiallahu 'anha, berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada
sepasukan tentera yang hendak memerangi - menghancurkan - Ka'bah,
kemudian
setelah mereka berada di suatu padang dari tanah lapang lalu dibenamkan-dalam
tanah
tadi -dengan yang pertama sampai yang terakhir dari mereka semuanya."
Aisyah bertanya:
"Saya berkata, wahai Rasulullah, bagaimanakah semuanya
dibenamkan
dari yang pertama sampai yang terakhir, sedang di antara mereka itu ada yang
ahli
pasaran - maksudnya para pedagang - serta ada pula orang yang tidak termasuk
golongan
mereka tadi - yakni tidak berniat ikut menggempur Ka'bah?"
Rasulullah
s.a.w. menjawab: "Ya, semuanya dibenamkan dari yang pertama sampai
yang
terakhir, kemudian nantinya mereka itu akan diba'ats - dibangkitkan dari
masing-
masing
kuburnya - sesuai niat-niatnya sendiri - untuk diterapi dosa atau tidaknya.
Disepakati
atas Hadis ini (Muttafaq 'alaih) - yakni disepakati keshahihannya oleh
Imam
Bukhari dan Imam Muslim - Lafaz di atas adalah menurut Imam Bukhari.
Keterangan:
Sayidah
Aisyah diberi gelar Ummul mu'minin, yakni ibunya sekalian orang mu'min
sebab
beliau adalah isteri Rasulullah s.a.w., jadi sudah sepatutnya. Beliau juga
diberi nama
ibu
Abdullah oleh Nabi s.a.w., sebenarnya Abdullah itu bukan puteranya sendiri,
tetapi
putera
saudarinya yang bernama Asma'. Jadi dengan Sayidah Aisyah, Abdullah itu adalah
kemanakannya.
Adapun beliau ini sendiri tidak mempunyai seorang puterapun.
Dari
uraian yang tersebut dalam Hadis ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
seseorang
yang shalih, jika berdiam di lingkungan suatu golongan yang selalu berkecimpung
dalam
kemaksiatan dan kemungkaran, maka apabila Allah Ta'ala mendatangkan azab atau
siksa
kepada kaum itu, orang shalih itupun pasti akan terkena pula. Jadi Hadis ini
mengingatkan
kita semua agar jangan sekali-kali bergaul dengan kaum yang ahli
kemaksiatan,
kemungkaran dan kezaliman.
Namun
demikian perihal amal perbuatannya tentulah dinilai sesuai dengan niat yang
terkandung
dalam hati orang yang melakukannya itu.
Mengenai
gelar Ummul mu'minin itu bukan hanya khusus diberikan kepada Sayidah
Aisyah
radhiallahu 'anha belaka, tetapi juga diberikan kepada para isteri Rasulullah
s.a.w.
yang
lain-lain.
وعن عائشة رضي الله عنها قالت قال النبي صلى الله
عليه و سلم : [ لا هجرة بعد الفتح ولكن جهاد ونية وإذا استنفرتم فانفروا ] متفق
عليه
ومعناه : لا
هجرة من مكة لأنها صارت دار إسلام
3. Dari
Aisyah radhiallahu 'anha, berkata: Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak ada hijrah
setelah
pembebasan - Makkah - 4, tetapi yang ada ialah jihad
dan niat. Maka dari itu, apabila
4
Sabda Rasulullah s.a.w.: "Tidak ada hijrah
setelah pembebasan - Makkah," oleh para alim-ulama dikatakan
bahwa
mengenai hijrah dari daerah harb atau perang yang dikuasai oleh orang kafir ke
Darul Islam, yakni
daerah
yang dikuasai oleh orang-orang Islam adalah tetap ada sampai hari kiamat. Oleh
sebab itu Hadis di atas
diberikan
penakwilannya menjadi dua macam:
Pertama: Tiada hijrah setelah
dibebaskannya Makkah, sebab sejak saat itu Makkah telah menjadi
sebagian
dari Darul Islam atau Negara Islam, jadi tidak mungkin lagi akan terbayang
tentang adanya hijrah setelah
itu.
Kedua: Inilah yang merupakan
pendapat tershahih, yaitu yang diartikan bahwa hijrah yang dianggap
mulia
yang diluntut, yang pengikutnya itu memperoleh keistimewaan yang nyata itu
sudah terputus sejak
9
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
engkau
semua diminta untuk keluar - oleh imam untuk berjihad, - maka keluarlah – yakni
berangkatlah."
(Muttafaq 'alaih)
Maknanya:
Tiada hijrah lagi dari Makkah, sebab saat itu Makkah telah
menjadi
perumahan
atau Negara Islam.
وعن أبي عبد الله جابر بن عبد الله الأنصاري رضي الله
عنهما قال : كنا مع النبي صلى الله عليه و سلم في غزاة فقال : [ إن بالمدينة
لرجالا ما سرتم مسيرا ولا قطعتم واديا إلا كانوا معكم حبسهم المرض
وفي رواية :
ألا شركوكم في الأجر ] رواه مسلم
ورواه
البخاري عن أنس قال : [ رجعنا من غزوة تبوك مع النبي صلى الله عليه و سلم فقال : [
إن أقواما خلفنا بالمدينة ما سلكنا شعبا ولا واديا ألا وهم معنا حبسهم العذر ]
4. Dari
Abu Abdillah yaitu Jabir bin Abdullah al-Anshari radhiallahu'anhuma, berkata:
Kita
berada beserta Nabi s.a.w. dalam suatu peperangan - yaitu perang Tabuk -
kemudian
beliau
s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya
di Madinah itu ada beberapa orang lelaki yang engkau semua tidak
menempuh
suatu perjalanan dan tidak pula menyeberangi suatu lembah, melainkan orang-
orang
tadi ada besertamu - yakni sama-sama memperoleh pahala - mereka itu terhalang
oleh
sakit -
maksudnya andaikata tidak sakit pasti ikut berperang."
Dalam
suatu riwayat dijelaskan: "Melainkan mereka - yang tertinggal itu -
berserikat
denganmu
dalam hal pahalanya." (Riwayat Muslim)
Hadis
sebagaimana di atas, juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas r.a.,
Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Kita
kembali dari perang Tabuk beserta Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda:
"Sesungguhnya
ada beberapa kaum yang kita tinggalkan di Madinah, tiada
menempuh
kita sekalian akan sesuatu lereng ataupun lembah, 5 melainkan mereka itu
bersama-sama
dengan kita jua -jadi memperoleh pahala seperti yang berangkat untuk
berperang
itu - mereka itu terhalang oleh sesuatu keuzuran."
وعن أبي يزيد معن بن يزيد بن الأخنس رضي الله عنهم
وهو وأبوه وجده صحابيون قال : كان أبي يزيد أخرج دنانير يتصدق بها فوضعها عند رجل
في المسجد فجئت فأخذتها فأتيته بها فقال : والله ما إياك أردت فخاصمته إلى رسول
الله صلى الله عليه و سلم فقال : [ لك ما نويت يا يزيد ولك ما أخذت يا معن ] رواه
البخاري
5. Dari
Abu Yazid yaitu Ma'an bin Yazid bin Akhnas radhiallahu 'anhum. Ia, ayahnya
dan
neneknya adalah termasuk golongan sahabat semua. Kata saya: "Ayahku, yaitu
Yazid
mengeluarkan
beberapa dinar yang dengannya ia bersedekah, lalu dinar-dinar itu ia letakkan
di sisi
seseorang di dalam masjid.
Saya -
yakni Ma'an anak Yazid - datang untuk mengambilnya, kemudian saya
menemui
ayahku dengan dinar-dinar tadi. Ayah berkata: "Demi Allah, bukan engkau
yang
kukehendaki
- untuk diberi sedekah itu."
Selanjutnya
hal itu saya adukan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda:
"Bagimu
adalah apa yang engkau niatkan hai Yazid – yakni bahwa engkau telah
memperoleh
pahala sesuai dengan niat sedekahmu itu - sedang bagimu adalah apa yang
engkau
ambil, hai Ma'an - yakni bahwa engkau boleh terus memiliki dinar-dinar
tersebut,
kerana
juga sudah diizinkan oleh orang yang ada di masjid, yang dimaksudkan oleh Yazid
tadi."
(Riwayat Bukhari)
dibebaskannya
Makkah dan sudah lampau pula untuk mereka yang ikut berhijrah sebelum
dibebaskannya
Makkah
itu, sebab dengan dibebaskan Makkah itu, Islam boleh dikata telah menjadi kokoh
kuat dan perkasa,
yakni
suatu kekuatan dan keperkasaan yang nyata. Jadi lain sekali dengan sebelum dibebaskannya
Makkah
tersebut.
Adapun
sabda beliau s.a.w. yang menyebutkan: "Tetapi yang ada adalah jihad dan
niat," maksudnya
ialah
bahwa diperolehnya kebaikan dengan sebab hijrah itu telah terputus dengan
dibebaskannya Makkah itu,
tetapi
sekalipun demikian masih pula dapat dicapai kebaikan tadi dengan berjihad dan
niat yang shalih. Dalam
Hadis
di atas jelas diuraikan adanya perintah untuk suka berniat dalam melakukan
kebaikan secara mutlak dan
bahwa
yang berniat itu sudah dapat memperoleh pahala dengan hanya keniatannya itu
belaka.
5
Syi'ib (lereng) yangdimaksudkan di sini ialah jalan
didaerah pegunungan, sedang Wadi (lembah) ialah tempat
yang di
situ ada airnya mengalir.
10
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
6 - وعن أبي إسحاق سعد بن أبي وقاص مالك بن أهيب بن عبد
مناف بن زهرة بن كلاب بن مرة بن كعب بن لؤي القرشي الزهري رضي الله عنه أحد العشرة
المشهود لهم بالجنة رضي الله عنهم قال : جاءني رسول الله صلى الله عليه و سلم
يعودني عام حجة الوداع من وجع اشتد بي فقلت : يا رسول الله إني قد بلغ بي من الوجع
ما ترى وأنا ذو مال ولا يرثني إلا ابنة لي أفأتصدق بثلثي مالي ؟ قال [ لا ] قلت :
فالشطر يا رسول الله ؟ فقال [ لا ] قال : فالثلث يا رسول الله ؟ قال : [ الثلث
والثلث كثير أو كبير إنك أن تذر ورثتك أغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس
وإنك لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله إلا أجرت عليها حتى ما تجعل في في امرأتك ]
قال فقلت : يا رسول الله أخلف بعد أصحابي ؟ قال : [ إنك لن تخلف فتعمل عملا تبتغي
به وجه الله إلا ازددت به درجة ورفعة ولعلك أن تخلف حتى ينتفع بك أقوام ويضر بك
آخرون اللهم أمض لأصحابي هجرتهم ولا تردهم على أعقابهم لكن البائس سعد بن خولة ]
يرثي له رسول الله صلى الله عليه و سلم أن مات بمكة . متفق عليه
6. Dari
Abu Ishak, yakni Sa'ad bin Abu Waqqash, yakni Malik bin Uhaib bin Abdu
Manaf
bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai al-Qurasyi az-Zuhri r.a.,
yaitu
salah
satu dari sepuluh orang yang diberi kesaksian akan memperoleh syurga
radhiallahu
'anhum,
katanya:
Rasulullah
s.a.w. datang padaku untuk menjengukku pada tahun haji wada' - yakni
haji
Rasulullah s.a.w. yang terakhir dan sebagai haji pamitan - kerana kesakitan
yang
menimpa
diriku, lalu saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saja kesakitanku
ini telah
mencapai
sebagaimana keadaan yang Tuan ketahui, sedang saya adalah seorang yang
berharta
dan tiada yang mewarisi hartaku itu melainkan seorang puteriku saja. Maka itu
apakah
dibenarkan sekiranya saya bersedekah dengan dua pertiga hartaku?" Beliau
menjawab:
"Tidak dibenarkan." Saya berkata pula: "Separuh hartaku ya
Rasulullah?" Beliau
bersabda:
"Tidak dibenarkan juga." Saya berkata lagi: "Sepertiga,
bagaimana ya Rasulullah?"
Beliau
lalu bersabda: "Ya, sepertiga boleh dan sepertiga itu sudah banyak atau
sudah besar
jumlahnya.
Sesungguhnya jikalau engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan
kaya-kaya,
maka itu adalah lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam
keadaan
miskin meminta-minta pada orang banyak. Sesungguhnya tiada sesuatu nafkah
yang
engkau berikan dengan niat untuk mendapatkan keridhaan Allah, melainkan engkau
pasti
akan diberi pahalanya, sekalipun sesuatu yang engkau berikan untuk makanan
isterimu."
Abu
Ishak meneruskan uraiannya: Saya berkata lagi: "Apakah saya ditinggalkan -
di
Makkah
- setelah kepulangan sahabat-sahabatku itu?" Beliau menjawab:
"Sesungguhnya
engkau
itu tiada ditinggalkan, kemudian engkau melakukan suatu amalan yang engkau
maksudkan
untuk mendapatkan keridhaan Allah, melainkan engkau malahan bertambah
derajat
dan keluhurannya. Barangkali sekalipun engkau ditinggalkan - kerana usia masih
panjang
lagi -, tetapi nantinya akan ada beberapa kaum yang dapat memperoleh
kemanfaatan
dari hidupmu itu - yakni sesama kaum Muslimin, baik manfaat duniawiyah
atau
ukhrawiyah - dan akan ada kaum lain-lainnya yang memperoleh bahaya dengan sebab
masih
hidupmu tadi - yakni kaum kafir, sebab menurut riwayat Abu Ishak ini tetap
hidup
sampai
dibebaskannya Irak dan lain-lainnya, lalu diangkat sebagai gubernur di situ dan
menjalankan
hak dan keadilan.
Ya
Allah, sempurnakanlah pahala untuk sahabat-sahabatku dalam hijrah mereka itu
dan
janganlah engkau balikkan mereka pada tumit-tumitnya - yakni menjadi murtad
kembali
sepeninggalnya
nanti.
Tetapi
yang miskin - rugi - itu ialah Sa'ad bin Khaulah.”
Rasulullah
s.a.w. merasa sangat kasihan padanya sebab matinya di Makkah.
(Muttafaq
'alaih)
Keterangan:
Sa'ad
bin Khaulah itu dianggap sebagai orang yang miskin dan rugi, kerana menurut
riwayat
ia tidak mengikuti hijrah dari Makkah, jadi rugi kerana tidak ikutnya hijrah
tadi.
Sebagian
riwayat yang lain mengatakan bahwa ia sudah mengikuti hijrah, bahkan pernah
mengikuti
perang Badar pula, tetapi akhirnya ia kembali ke Makkah dan terus wafat di situ
sebelum
dibebaskannya Makkah saat itu. Maka ruginya ialah kerana lebih sukanya kepada
Makkah
sebagai tempat akhir hayatnya, padahal masih di bawah kekuasaan kaum kafir. Ada
lagi
riwayat yang menyebutkan bahwa ia pernah pula mengikuti hijrah ke Habasyah,
mengikuti
pula perang Badar, kemu-dian mati di Makkah pada waktu haji wada' tahun 10,
ada
lagi yang meriwayatkan matinya itu pada tahun 7 di waktu perletakan senjata
antara
11
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
kaum
Muslimin dan kaum kafir. Jadi kerugiannya di sini ialah kerana ia mati di
Makkah itu,
kerana
kehilangan pahala yang sempurna yakni sekiranya ia mati di Madinah, tempat ia
berhijrah
yang dimaksudkan semata-mata sebab Allah Ta'ala belaka.
7 - وعن أبي هريرة عبد الرحمن بن صخر رضي الله عنه قال
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : [ إن الله تعالى لا ينظر إلى أجسامكم ولا إلى
صوركم ولكن ينظر إلى قلوبكم ] رواه مسلم
7. Dari
Abu Hurairah, yaitu Abdur Rahman bin Shakhr r.a., katanya: Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Sesungguhnya
Allah Ta'ala itu tidak melihat kepada tubuh-tubuhmu, tidak pula
kepada
bentuk rupamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hatimu sekalian." (Riwayat
Muslim)
8 - وعن أبي موسى عبد الله بن قيس الأشعري رضي الله عنه
قال : سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم عن الرجل يقاتل شجاعة ويقاتل حمية ويقاتل
رياء أي ذلك في سبيل الله ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : [ من قاتل لتكون
كلمة الله هي العليا فهو في سبيل الله ] متفق عليه
8. Dari
Abu Musa, yakni Abdullah bin Qais al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w.
ditanya
perihal seseorang yang berperang dengan tujuan menunjukkan keberanian, ada lagi
yang
berperang dengan tujuan kesombongan - ada yang artinya kebencian - ada pula
yang
berperang
dengan tujuan pameran - menunjukkan pada orang-orang lain kerana ingin
berpamer.
Manakah di antara semua itu yang termasuk dalam jihad fi-sabilillah?
Rasulullah
s.a.w. menjawab:
"Barangsiapa
yang berperang dengan tujuan agar kalimat Allah - Agama Islam - itulah
yang
luhur, maka ia disebut jihad fi-sabilillah." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Hadis
di atas dengan jelas menerangkan semua amal perbuatan itu hanya dapat dinilai
baik,
jika baik pula niat yang terkandung dalam hati orang yang melakukannya.
Selain
itu dijelaskan pula bahwa keutamaan yang nyata bagi orang-orang yang
berjihad
melawan musuh di medan perang itu semata-mata dikhususkan untuk mereka yang
berjihad
fisabilillah, yakni tiada maksud lain kecuali untuk meluhurkan kalimat Allah,
yaitu
Agama
Islam.
9 - وعن أبي بكرة نفيع بن الحارث الثقفي رضي الله عنه أن
النبي صلى الله عليه و سلم قال :
[ إذا التقى
المسلمان بسيفيهما فالقاتل والمقتول في النار ] قلت : يا رسول الله هذا القاتل فما
بال المقتول ؟ قال : [ إنه كان حريصا على قتل صاحبه ] متفق عليه
9. Dari
Abu Bakrah, yakni Nufai' bin Haris as-Tsaqafi r.a. bahwasanya Nabi s.a.w.
bersabda:
"Apabila
dua orang Muslim berhadap-hadapan dengan membawa masing-masing
pedangnya
- dengan maksud ingin berbunuh-bunuhan - maka yang membunuh dan yang
terbunuh
itu semua masuk di dalam neraka."
Saya
bertanya: "Ini yang membunuh - patut masuk neraka -tetapi bagaimanakah
halnya
orang yang terbunuh - yakni mengapa ia masuk neraka pula?"
Rasulullah
s.a.w. menjawab:
"Kerana
sesungguhnya orang yang terbunuh itu juga ingin sekali hendak membunuh
kawannya."
(Muttafaq 'alaih)
10 - وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : [ صلاة الرجل في جماعة تزيد على صلاته في
سوقه وبيته بضعا وعشرين درجة وذلك أن أحدهم إذا توضأ فأحسن الوضوء ثم أتى المسجد
لا يريد إلا الصلاة لا ينهزه إلا الصلاة لم يخط خطوة إلا رفع بها درجة وخط عنه بها
خطيئة حتى يدخل المسجد فإذا دخل المسجد كان في الصلاة ما كانت الصلاة هي تحبسه
والملائكة يصلون على أحد كم ما دام في مجلسه الذي صلى فيه يقولون : اللهم اCم اغفر له اللهم تب
عليه ما لم يؤذ فيه ما لم يحدث فيه ] متفق عليه . هذا لفظ مسلم
وقوله صلى
الله عليه و سلم : [ ينهزه ] هو بفتح الياء والهاء وبالزاي : أي يخرجه وينهضه
10.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Shalatnya
seseorang lelaki dengan berjamaah itu melebihi shalatnya di pasar atau
rumahnya
- secara sendirian atau munfarid - dengan duapuluh lebih - tiga sampai sembilan
tingkat
derajatnya. Yang sedemikian itu ialah kerana apabila seseorang itu berwudhu'
dan
memperbaguskan
cara wudhu'nya, kemudian mendatangi masjid, tidak menghendaki ke
masjid
itu melainkan hendak bersembahyang, tidak pula ada yang menggerakkan
kepergiannya
ke masjid itu kecuali hendak shalat, maka tidaklah ia melangkahkan kakinya
12
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang
Shalih
selangkah
kecuali ia dinaikkan tingkatnya sederajat dan kerana itu pula dileburlah satu
kesalahan
daripadanya - yakni tiap selangkah tadi - sehingga ia masuk masjid.
Apabila
ia telah masuk ke dalam masjid, maka ia memperoleh pahala seperti dalam
keadaan
shalat, selama memang shalat itu yang menyebabkan ia bertahan di dalam masjid
tadi,
juga para malaikat mendoakan untuk mendapatkan kerahmatan Tuhan pada seseorang
dari
engkau semua, selama masih berada di tempat yang ia bersembahyang disitu. Para
malaikat
itu berkata: "Ya Allah, kasihanilah orang ini; wahai Allah, ampunilah ia;
ya Allah,
terimalah
taubatnya." Hal sedemikian ini selama orang tersebut tidak berbuat buruk
-yakni
berkata-kata
soal keduniaan, mengumpat orang lain, memukul dan lain-lain - dan juga
selama
ia tidak berhadas - yakni tidak batal wudhu'nya.
Muttafaq
'alaih. Dan yang tersebut di atas adalah menurut lafaznya Imam Muslim.
Sabda
Nabi s.a.w.: Yanhazu dengan fathahnya ya' dan ha' serta dengan
menggunakan
zai,
artinya: mengeluarkannya dan menggerakkannya.
11 - وعن أبي العباس عبد الله بن عباس
بن عبد المطلب رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه و سلم فيما يروى عن ربه
تبارك وتعالى قال : [ إن الله تعالى كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة
فلم يعملها كتبها الله تعالى عنده حسنة كاملة وإن هم بها فعملها كتبها الله عشر
حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة وإن هم بسيئة فلم يعملها كتبها الله عنده
حسنة كاملة وإن هم بها فعملها كتبها الله سيئة واحدة ] متفق عليه
11.
Dari Abul Abbas, yaitu Abdullah bin Abbas bin Abdul Muththalib, radhiallahu
'anhuma
dari Rasulullah s.a.w. dalam suatu uraian yang diceriterakan dari Tuhannya
Tabaraka
wa Ta'ala - Hadis semacam ini disebut Hadis Qudsi - bersabda:
"Sesungguhnya
Allah Ta'ala itu mencatat semua kebaikan dan keburukan, kemudian
menerangkan
yang sedemikian itu - yakni mana-mana yang termasuk hasanah dan mana-
mana
yang termasuk sayyiah.
Maka
barangsiapa yang berkehendak mengerjakan kebaikan, kemudian tidak jadi
melakukannya,
maka dicatatlah oleh Allah yang Maha Suci dan Tinggi sebagai suatu
kebaikan
yang sempurna di sisiNya, dan barangsiapa berkehendak mengerjakan kebaikan itu
kemudian
jadi melakukannya, maka dicatatlah oleh Allah sebagai sepuluh kebaikan di
sisiNya,
sampai menjadi tujuh ratus kali lipat, bahkan dapat sampai menjadi
berganda-ganda
yang
amat banyak sekali.
Selanjutnya
barangsiapa yang berkehendak mengerjakan keburukan kemudian tidak
jadi
melakukannya maka dicatatlah oleh
Allah
Ta'ala sebagai suatu kebaikan yang sempurna di sisiNya dan barangsiapa yang
berkehendak
mengerjakan keburukan itu kemudian jadi melakukannya, maka dicatatlah oleh
Allah
Ta'ala sebagai satu keburukan saja di sisiNya." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Hadis
di atas menunjukkan besarnya kerahmatan Allah Ta'ala kepada kita semua
sebagai
ummatnya Nabi Muhammad s.a.w.
Renungkanlah
wahai saudaraku. Semoga kami dan anda diberi taufik (pertolongan)
oleh
Allah hingga dapat menginsafi kebesaran belas-kasihan Allah dan fikirkanlah
kata-kata
ini.
Ada
perkataan Indahuu (bagiNya), inilah suatu tanda kesungguhan Allah dalam
memperhatikannya
itu.
Juga
ada perkataan kaamitah (sempurna), ini adalah untuk mengokohkan artinya dan
sangat
perhatian padanya.
Dan
Allah berfirman di dalam kejahatan yang disengaja (di-maksud) akan dilakukan,
tetapi
tidak jadi dilakukan, bagi Allah ditulis menjadi satu kebaikan yang sempurna
dikokohkan
dengan kata-kata "sempurna". Dan kalau jadi dilakukan, ditulis oleh
Allah "satu
13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar